Gereja St. Albertus Agung

Paroki Harapan Indah Bekasi

Allah Tritunggal Mahakudus (Trinitas)

|

Ditulis dan Di-publish oleh

|

Oleh: Petrus Danan Widharsana

Menjelaskan Tritunggal Mahakudus (Trinitas) dapat dilakukan dari berbagai macam perspectif. Saya mengambil beberapa inspirasi dari Kitab Suci.

  1. Allah adalah Pencipta Semesta Alam: “Bumi belum berbentuk dan kosong; gelapgulita menutupi samudera raya, dan Roh Allah melayang-layang di atas permukaanaie. Berfirmanlah Allah: “Jadilah terang.” Lalu terang itu jadi.” (Kej 1:2-3). Perhatikan: ada Roh, ada Allah, ada Firman. Allah itu Maha Kuasa. Kemahakuasaan Allah tampak dari daya hidup, yang ada padanya, itulah Rohnya. Daya hidup itu diaktualisaikan dalam kasih yang nyata dengan penciptaan alam semesta yang dilakukan melalui Firman-Nya. Firman yang sudah ada sejak kekal itu, kemudian menjadi manusia (Yoh 1:14). Itulah Yesus. Maka Yesus disebut Firman Allah (Yoh 11-3). Melalui Dia kuasa dan kasih Allah itu bekerja untuk keselamatan manusia yang tidak mampu menyelamatkan diri mereka sendiri tanpa campur tangan Allah. Hanya melalui campur tangan Allah saja manusia bisa kembali ke surga. Maka Yesus mengatakan: “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.” (Yoh 14:6). Oleh karena itu Santo Yohanes juga menulis: “Sebab ada tiga yang memberi kesaksian di dalam sorga: Bapa, Firman dan Roh Kudus; dan ketiganya adalah satu” (1Yoh 5:7).
  2. Allah adalah kasih (1Yoh 4:8). Hakekat Allah adalah kasih. Maka orang menyebutAllah “Maha Pengasih dan Penyayang”. Artinya apa? Biasanya orang mengatakan:Artinya Allah sangat mengasihi manusia. Pertanyaannya: Mungkinkah Allah mengasihi kalau di dalam diri-Nya tidak ada pengalaman kasih? Pertanyaan ini sulit dijawab. Tetapi ada fakta sejarah  yang tak dapat disangkal. Kaisar Roma Friederich II (1194-1250) dikenal atas percobaannya yang berusaha memisahkan bayi dari komunikasi dengan manusia lain untuk melihat hasilnya terhadap perkembangan mereka. Ia ingin mengetahui bahasa apa yang pertama kali digunakan Adam dan Hawa saat diciptakan Tuhan. Namun ekseprimen ini gagal setelah anak-anak itu akhirnya hanya menggunakan bahasa tubuh, dan akhirnya mati. Tanpa komunikasi, tanpa kasih, manusia tidak bisa hidup. Nah, kita percaya Allah adalah Allah yang hidup dan penuh kasih. Itu artinya hakikat Allah itu adalah keterhubungan. Dalam diri Allah itu selalu ada komunikasi, ada yang mengasihi, ada yang dikasihi, ada kasih. Itulah Tritunggal Maha Kudus. Pewahyuan Tritunggal Mahakudus itu tak lain adalah pewahyuan Allah adalah kasih. Kasih itulah yang melimpah keluar dalam wujud penciptaan alam semesta, khususnya manusia.
  1. Manusia adalah gambar Allah, karena itu manusia adalah misteri, apalagi Allah(Kej 1:26). Ketika menciptakan manusia Allah berirman: “Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita” (Kej 1:26). Jadi secara langsung atau tidak langsung Allah memberi petunjuk untuk memahami keberadaan Allah, kita harus merenungkan keberaaan manusia. Santo Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Tesalonika mengatakan: “Semoga Allah damai sejahtera menguduskan kamu seluruhnya dan semoga roh, jiwa dan tubuhmu terpelihara sempurna dengan tak bercacat pada kedatangan Yesus Kristus, Tuhan kita.” (1Tes 5:23). Perhatikan Paulus menulis hakikat manusia yang adalah tritunggal yakni: roh, jiwa, dan tubuh. Atasdasar itulah, saya tidak akan bisa memahami sepenuhnya manusia lain, bahkan diri sendiri, sebab jiwa dan rohnya tidak dapat saya lihat. Saya bisa melihat tubuhnya, tetapi saya tidak bisa melihat jiwa dan rohnya. Apa yang tampak di luar, belum tentu sama dengan yang di dalam jiwa dan rohnya. Bahwa keberadaan manusia bukan hanya keberadaan jasmani melainkan juga rohani, tidak dapat disangkal oleh seorang  Jelas, semua orang bisa membedakan manusia hidup dan manusia mati. Yang satu memiliki jiwa dan roh, yang sudah menjadi mayat hanya memiliki tubuh. Itu fakta yang tak terbantahkan. Lha kalau manusia saja seperti itu, apalagi Allah yang menciptakannya. Tiga sama dengan satu dan satu sama dengan tiga itu tercermin dalam diri manusia. Itulah sebabnya manusia adalah misteri. Jika manusia saja adalah misteri, apalagi Allah! Tetapi misteri manusia itu dapat terbuka sedikit demi sedikit, ketika manusia itu mengkomunikasikan dirinya lewat kata-kata, sikap dan perbuatannya. Kita pun dapat memperkirakan si A itu manusaia seperti apa dari apa yang ia katakan dan sikap serta perbuatannya. Demikian juga Allah. Lewat Yesus Allah mengkomunikasikan diri-Nya, sehingga kita benar-benar lebih paham makna Allah Maha Pengasih dan Penyayang. Misteri Allah terkuak (walaupun tidak sepenuhnya) lewat Yesus.

 

Jadi, boleh saja mengatakan Allah Bapa ada dalam diri Allah Putra, dan Allah Roh Kudus ada di dalam dua-duanya. Asalkan kita bisa menjelaskan maknanya.

Semoga uraian singkat ini membantu. Berkah Dalem.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *