Paduan Suara (Padus) Sebagai Sarana Bonding Wilayah
Ketika aktivitas gereja sedikit demi sedikit dilongarkan akibat pandemi yang berangsur-angsur menuju endemi, umat mulai bergeliat. Ada kerinduan untuk berkumpul yang hampir tiga tahun dirundung “pageblug” Covid -19. Ada hasrat untuk saling menyapa secara fisik. Secara khusus, Paskah 2023 menjadi momentum yang sangat tepat karena wilayah Fransiskus Asisi mendapat tugas koor malam Vigili Paskah pertama dari dua misa yang diadakan di Paroki Harapan Indah.
Tugas pelayanan padus adalah salah satu sarana umat untuk berkumpul bersama umat basis. Latihan padus lebih pada melatih menyanyi dengan baik agar dapat mendukung nyanyian umat dalam misa. Harus kompak dan semangat intinya bukan melulu soal merdu. Antusiasne umat dalam tugas malam paskah menjadi persoalan tersendiri berkaitan dengan tempat latihan. Tidak banyak tempat yang dapat menampung 50-60 orang. Selain itu, juga sulitnya tempat parkir karena kebanyakan jalan di perumahan sekitar Pondok Ungu tidak begitu lebar.
Namun, kendala tempat tidak menyurutkan semanagat umat untuk terus berlatih diantara kecapaian pekerjaan dan aktivitas lainnya. Seorang yang selama ini menjadi tim pelatih, Anastasia Rini P mempunyai kesan yang mendalam, “kesan saya selama melatih di wilayah Fransiskus Asisi bahwa umat yang terlibat guyub, keterlibatan yang merata tiap lingkungan, Serius karena berprinsip untuk Tuhan tidak boleh setengah-setengah, tetapi juga santai, hangat dalam sapaan persaudaraan, padus mudah dibentuk karena potensi suara bagus di wilayah, hanya harus ingat terus bahwa menyanyi di gereja adalah mendukung umat terlibat dalam nyanyian umat. Harus dihindari menyanyi dengan lagu yg hanya bisa dibawakan Padus saja” kata Guru di SMP Don Bosco 2 Pulomas ini.
Lebih lanjut Bu Rini mengatakan banyak suka dalam melatih koor wilayah FA karena kompak dan support systemnya berjalan (ada penyanyi-penyanyi yang semangat, diberkati dengan banyak pelatih, ada relawan yang selalu mau ketempatan latihan, ada “provokator” saat mulai kendor latihan...pokoknya paket heboh.
Sementara Anastasia Eko Purwandari dan Antonius Nendya Adinugroho yang selama ini membantu mandegani Padus mempunyai kesan tersendiri berkaitan dengan Padus Wilayah. Menurutnya, padus menjadi sarana untuk menguatkan persaudaraan, membangun kembali semangat pelayanan dalam kebersamaan, dan mengingatkan kembali visi misi sebagai bagian dari umat gereja Katolik dalam perannya masing-masing peduli dalam kehidupan menggereja.
“Sebagai
orang yang bekerja di luar rumah dan juga Ibu dari tiga anak-anak yang sedang
tumbuh remaja, mengatur waktu dalam berbagi menjadi persoalan tersendiri. Tegangan
mengatur antara pekerjaan, keluarga dan kegiatan-kegiatan gereja adalah seni tersendiri untuk
menjaga energi agar bisa optimal dan tidak setengah-setengah”
ungkap guru IPEKA Jakarta ini.
Bu
Ndari merasakan berada di wilayah Fransiskus Asisi sebagai bagian dari keluarga besar yang penuh
kekompakan, lucu, semua punya karakter unik jadi saya tidak pernah bosen kalua sedang
berkumpul.
“Selalu
ada sesuatu yang dapat/pelajari dari bapak, ibu, OMK yang saya temui dalam tiap acara
kumpul-kumpul baik Latihan Padus, doa, pertemuan limngkungan, dan lain
sebagainya. Saya tidak pernah tidak
bahagia saat berlatih bersama karena semua punya semangat belajar yang tinggi
dan sama-sama memiliki pasion, goals untuk sesuatu yang baik for The
Glory of The Lord.” Ungkapnya.
Ketua
Lingkungan Fransiskus Asisi 3, Servasius Sear mempunyai pandangan bahwa
Padus wilayah perlu kita pertahankan dengan menarik OMK untuk terlibat dan
sekaligus regenerasi Orang tua perlu
menyiapkan orang muda untuk juga terlibat dalam pelayanan lingkungan, wilayah
dan paroki.
“Paduan
suara wilayah memiliki banyak sekali
manfaatnya, misalnya mempermudah kita untuk mengenal umat dari setiap lingkungan,
baik antara pengurusnya maupun antara umat secara pribadi. Bahkan bisa sebagai
sarana bagi OMK untuk mendapat jodoh,
bila Tuhan berkehendak. Dari sisi Kesehatan, semakin banyak kita bercanda, tertawa,
dan bernyanyi, memberikan dampak pada diri seseorag menjadi lebih fresh,
suasana batin menjadi lebih tenang. Orang semakin banyak ketawa, bercanda,
bernyanyi, usia semakin panjang.” Kata Kaling dua periode ini.
Bagi Elisabeth Wiwik Handayani, warga lingkungan Fransiskus Asisi 3 latihan paduan suara wilayah sangat menyenangkan karena dapat kangen-kangen setelah sekian tahun tidak bertemu dan berkumpul.
“Saya berharap setiap latihan bisa serius tetapi santai dan setiap Latihan bisa datang lebih banyak orang yang terlibat” Kata Guru di Sekolah Strada Jakarta ini.
Hal senada juga disampaikan oleh Elisabeth Budhi Tri Priwahyuningsari atau biasa dipanggil Bu Sari. Baginya, Latihan kor wilayah sudah cukup baik dan sudah banyak yang ikut berpartisipasi.
“Saya berharap kita bisa lebih rutin untuk latihan
kor dan tidak hanya kumpul pada saat mau tugas. Peran aktif OMK juga sangat
diharapkan dalam kegiatan paduan suara wilayah” Ungkap Guru Tarakanita ini.
Sementara bagi Asteria Dwi Susanti sangat setuju bahwa latihan Padus sebagai sarana untuk berkumpul. Umat terlihat begitu antusias dalam berpartisipasi dalam koor wilayah, mungkin tidak semua wilayah seperti ini, tetapi yang kita rasakan di wilayah Fransiskus Asisi diluar dugaan, latihan dengan penuh semangat dalam suasana kekeluargaan, meski mungkin ada yang suaranya pas-pasan (seperti saya) tetapi asyiknya setelah selesai latihan koor bisa ngopi bersama dan makan snacknya yang terasa sangat enak karena dimakan bersama dan suasana yang berbeda terlebih bisa ngobrol dan ngrumpi ngalor ngidul.
0 Response to "Paduan Suara (Padus) Sebagai Sarana Bonding Wilayah"
Posting Komentar
Mohon berkomentar secara bijaksana, bersudut pandang positif dan menyertakan identitas di akhir komentar (walaupun fasilitas komentar tanpa nama). Satu lagi mohon tidak meninggalkan komentar spam !
Terima Kasih | Tim KOMSOS St. Albertus Agung Kota Harapan Indah