Menjual Tuhan
RENUNGAN PEKAN
SUCI 2021
28 Maret 2021 Minggu Palma
“Lalu pergilah
Yudas Iskariot, salah seorang dari kedua belas murid itu, kepada imam-imam
kepala dengan maksud untuk menyerahkan Yesus kepada mereka. Mereka sangat
gembira waktu mendengarnya dan mereka berjanji akan memberikan uang kepadanya.
Kemudian ia mencari kesempatan yang baik untuk menyerahkan Yesus” (Mrk 14:10-11)
Menjual Tuhan
Siapa yang tidak tertarik dengan
hidup mewah?
Siapa yang tidak tertarik dengan kekuasaan?
Siapa yang tidak
tertarik dengan gelimang harta?
Kemegahan duniawi telah memabukkan banyak orang. Mereka lupa bahwa kekuasaan adalah pengabdian bagi sesamanya. mereka lupa bahwa kemewahan membelenggu hidup manusiawi. Mereka lupa bahwa harta hanya akan membuat nafsu serakah semakin berkembang.
Diriku tidak memungkiri ketertarikanku akan kenikmatan hidup. Betapa menyenangkan memiliki harta berlimpah. Aku dapat berbuat banyak kebaikan tatkala memiliki harta berlimpah. Semakin besar jasaku tatkala aku berkuasa atas banyak orang.
Aku sadar, untuk menggapai impianku
itu tidaklah mudah. Ada iri hati terhadap mereka yang dapat menikmati hidup
dengan bergelimang harta (dan kekuasaan). Namun aku sadar juga bahwa cara-cara
jahat sering ditempuh untuk menggapai dan memertahankan hidup yang begitu
nikmat.
Peristiwa Yudas Iskariot dan Yesus sangat menarik perhatianku. Rasaku, ini terjadi sepanjang sejarah hidup umat manusia di dunia. Pikirku, bisa jadi ini salah satu pola tetap dalam hidup sosial. Tatkala sebuah kelompok semakin besar, akan ada orang-orang atau kelompok lain yang iri dan berkehendak untuk menghancurkannya (dari dalam). Tatkala ada gejala sosial seperti ini, akan sangat dimungkinkan "pengkhianatan".
Yudas Iskariot sebagaimana diceriterakan Markus menantangku untuk menelisik diriku sendiri. Terasa begitu kuat pemberontakan dalam batin akan situasi negatif hidupku. Kusadari sungguh bahwa mengikuti Yesus memiliki konsekuensi salib. Ya ... karena mengikuti Yesus berarti menyangkal diri dan memanggul salib ... terasa berat. Sementara itu, tidak sedikit orang yang begitu berkecukupan dan begitu menikmati segala fasilitas hidup. Mereka begitu menikmati hidup ini.
Yudas Iskariot merupakan fenomena orang yang tidak sekadar meninggalkan Yesus. Dia telah menjual Yesus demi harta dan kekuasaan. Kasih sayang dan kepercayaan Yesus kepadanya telah dibalas dengan pengkhianatan.
Dalam kehidupan konkret, fenomena Yudas Iskariot mengungkapkan pilihan utuh. Yudas telah memilih harta daripada Yesus. Begitu kuat terasa bagiku bahwa kenikmatan duniawi lebih utama (prioritas utama) bagi Yudas. Tampaknya, Yesus merupakan “harta” yang dapat dijual mahal.
Dalam kehidupan konkret, orang ditantang untuk bersikap tegas: kesetiaan ataukah pengkhianatan? Pilihan itu menunjukkan nilai dari sesuatu. Dalam hal Yudas, kesetiaan tidaklah bernilai dibandingkan dengan kenikmatan hidupnya sendiri. Ia telah berpaling kepada yang lain. Ia tidak memedulikan harga diri, bahkan keselamatan hidupnya sendiri, demi harta yang akan diterimanya.
Mengenang sengsara Tuhan menantang umat beriman untuk senantiasa menjatuhkan pilihan yang tepat dalam hidup. Yesus tidak tergiur dengan harta dan kekuasaan yang ada di genggamannya. Orang banyak mengelu-elukanNya sebagai RAJA! Orang banyak menghormati dan tunduk kepadaNya. Namun Yesus tidak menjatuhkan pilihan pada harta dan kekuasaan. Ia memilih keselamatan semua orang!
Demikian pun seharusnya umat beriman! Janganlah tergiur dengan gemerlapnya dunia sampai-sampai menjual Yesus. Janganlah seperti Yudas Iskariot!
~o0o~
Paroki Harapan Indah Bekasi
0 Response to "Menjual Tuhan "
Posting Komentar
Mohon berkomentar secara bijaksana, bersudut pandang positif dan menyertakan identitas di akhir komentar (walaupun fasilitas komentar tanpa nama). Satu lagi mohon tidak meninggalkan komentar spam !
Terima Kasih | Tim KOMSOS St. Albertus Agung Kota Harapan Indah