Menerawang Kesejatian Hidup
Minggu, 31 Mei 2020
Add Comment
“Maka kata Yesus sekali lagi: "Damai sejahtera bagi kamu! Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu". Sesudah berkata demikian, Ia menghembusi mereka dan berkata: "Terimalah Roh Kudus” (Yoh 20:21-22)
Menerawang
Kesejatian Hidup
Pentakosta ... Gereja merayakan
penganugerahan Roh Kudus ... sebuah narasi yang setiap tahun diwartakan, atau
diceriterakan ulang. Satu hal menarik saat ini adalah bagaimana orang ditantang
untuk berkumpul dan seluruh anggota keluarga. Stay at home tampak begitu menarik perhatianku. Covid-19 menjadi
pemicunya. Namun bagiku, inilah panorama yang menantangku untuk menerawang
kesejatian hidup.
Keselamatan menjadi begitu cemerlang
di tengah pandemi corona beberapa bulan di awal tahun 2020. Dalam kebersamaan
... ya ... dalam kebersamaan orang berjuang ... demi keselamatan bersama. Tidak
mudah ... karena bagaimanapun dalam kebersamaan itu individualitas harus
sungguh dihormati sekaligus mengekang egoisme masing-masing. Orang berjuang
untuk menyatukan diri dengan sesamanya. Satu Roh mencengkeram orang untuk hidup
dalam damai sejahtera, yaitu keselamatan bersama.
Aku bukanlah tenaga medis ataupun
aparat ataupun dermawan yang membantu dan menolong secara konkret sesama dalam
situasi pandemik ini. Aku hanya bisa berdiam diri di sekitar rumah dan memakai
masker kalau keluar rumah. Aku berusaha untuk menjalani hidup sehat. Ini aku
usahakan bukan semata demi keselamatanku sendiri, tetapi sekaligus orang lain,
sekurang-kurangnya saudara dan keponakan satu rumah. Aku sadar bahwa
memperhatikan keselamatan orang lain (satu rumah) pada akhirnya menyelamatkan
diriku sendiri.
Aku sadari sepenuhnya waktu
berlangsung dalam tumpuhan Roh yang satu dan sama, yang menghidupkan seluruh
umat manusia. Roh itu terasa menyeruak masuk ke dalam sanubari tatkala
mobilitasku “terpenjara”. Roh itu menyegarkan batinku. Aku bisa merasakan
kedamaian batin tatkala keterbatasan hidup begitu kentara. Kengerian oleh
karena bayang-bayang kehancuran hidup manusiawi terasa semakin kabur. Pelangi
yang begitu indah menampakkan diri, yang bagi generasi Nuh menjadi tanda
perjanjian Allah yang akan selalu menjaga keselarasan hidup manusiawi.
Narasi Pentakosta mencemerlangkan
pelangi di mataku. Dari segala bangsa dengan bahasa yang berbeda-beda tetapi
sungguh tahu dan memahami apa yang dikatakan para rasul. Kasih sayang terhadap
sesama melampaui batas-batas linguistik. Roh itu telah membuat semua orang tahu
dan memahami arti terdalam dari kasih sayang yang sebenarnya tidak ada kata
yang cukup memadai untuk mengungkapkannya. Orang rela berkorban demi
keselamatan sesama karena kasih sayang. Itu berarti bahwa Roh itu telah
menghancurkan batas kasih sayang yang cenderung pada diri sendiri dan keluarga
atau kelompoknya. “Damai Sejahtera” bagi segala bangsa, seluruh umat manusia
merasakannya sebagai buah Roh Kudus.
~o0o~
Penulis : Slamet Harnoto & Publisher : F.X Rudy- Tim PARPOL [Partisipan Pelayan Online] Paroki Harapan Indah Bekasi
0 Response to "Menerawang Kesejatian Hidup"
Posting Komentar
Mohon berkomentar secara bijaksana, bersudut pandang positif dan menyertakan identitas di akhir komentar (walaupun fasilitas komentar tanpa nama). Satu lagi mohon tidak meninggalkan komentar spam !
Terima Kasih | Tim KOMSOS St. Albertus Agung Kota Harapan Indah