Hidup Berkelimpahan
Minggu, 03 Mei 2020
Add Comment
“Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan; Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan” (Yoh 10:10)
3 Mei 2020 Minggu Paskah IV Minggu Panggilan
“Hidup
Berkelimpahan”
Saat renungan ini ditulis sebagian
orang asyik masyuk memahami arti dari mudik dan atau pulang kampung. Bagiku,
keduanya memiliki kesamaan: ketemu dengan sanak keluarga (terutama orangtua).
Maksud/alasan kedatanganku bisa bermacam-macam: kehilangan penghasilan,
memenuhi kerinduan, atau sekadar mengikuti ritual masyarakat. Tentu saja aku
harus memersiapkan “dompet” selama pertemuan dengan sanak keluarga itu. Baik
panjang atau pendek, aku memikirkan bagaimana saya bisa berjumpa dengan sanak keluarga
dan bagaimana selama perjumpaan itu. Singkat ceritera, sadar atau tidak, aku
memiliki rancangan selama perjumpaan itu.
Yohanes mewartakan, bahwa kedatangan
Yesus tidak sekadar mudik atau pulang kampung. Ia adalah Gembala “domba-domba”.
Pewartaan Yohanes membedakan antara kedatangan Yesus dan pencuri/perampok. Yesus
tidak seperti pencuri yang hanya membuat kebinasaan “domba-domba”. Yesus justru
memberi hidup dan membikin hidup “domba-domba” semakin berlimpah. Ya ... karena
Yesus merupakan Gembala “domba-domba”.
Bagiku, keberadaan Yesus itu menunjuk
pada kesejahteraan tiap “domba”. Itu berarti bahwa individu “domba” harus
diperhatikan dalam kebersamaan. Salah satu yang penting dari peristiwa Yesus
adalah bahwa semua makan dengan kenyang, bahkan terdapat sisa makanan (lih. Mat 14; Mrk 6; Luk 9; Yoh 6). Makan
kenyang dan sisa makanan menunjuk pada kesejahteraan jiwa raga sekarang dan
masa depan. Sang Gembala tidak hanya memikirkan dan bertindak saat ini, tetapi
sekaligus untuk masa depan “domba-domba”. “Domba” tidak hanya hidup sekarang,
tetapi juga berkelanjutan.
Maka, bagiku, penting bagi masyarakat
“domba” yang mengenal Sang Gembala untuk memikirkan dan bertindak dalam
kebersamaan untuk memerhatikan “individu domba”. “Domba” yang mengenal suara
Sang Gembala tentulah tidak sekadar memikirkan hidupnya sendiri, tetapi
sekaligus mau berbagi. Meskipun Sang Gembala sudah bersikap adil, tetapi kalau
ada yang serakah, tidak memberi peluang atau kesempatan bagi yang lain,
tentulah “domba” ini bagaikan pencuri yang menghendaki kebinasaaan bukan
“domba” lain semata, tetapi dirinya sendiri juga.
Singkat cerita, agar hidup “domba”
berkelimpahan, bagaikan mudik atau pulang kampung, tatanan kehidupan haruslah
dirancang sungguh. Infrastruktur kesehatan haruslah diperhatikan dan dibangun,
tidak hanya infrastruktur ekonomi. Demikian pula dengan infrastruktur
pendidikan. “Domba” tidak dapat berbicara dengan lantang tentang pertumbuhan
pundi-pundi kekayaan tatkala kebodohan dan penyakit menggerayanginya. Orang
hidup berkelimpahan tatkala memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan
pendidikan dan kesehatan dirinya.
Penulis : Slamet Harnoto & Publisher : F.X Rudy - Tim PARPOL [Partisipan Pelayan Online] Paroki Harapan Indah Bekasi
0 Response to "Hidup Berkelimpahan"
Posting Komentar
Mohon berkomentar secara bijaksana, bersudut pandang positif dan menyertakan identitas di akhir komentar (walaupun fasilitas komentar tanpa nama). Satu lagi mohon tidak meninggalkan komentar spam !
Terima Kasih | Tim KOMSOS St. Albertus Agung Kota Harapan Indah