Kekuasaan dan Dosa
Jumat, 10 April 2020
Add Comment
10 April 2020 Jumat Agung
“Engkau tidak mempunyai kuasa apapun terhadap Aku, jikalau kuasa itu tidak
diberikan kepadamu dari atas. Sebab itu: dia, yang menyerahkan Aku kepadamu,
lebih besar dosanya” (Yoh 19:11)
Kekuasaan dan Dosa
Merenungkan peristiwa penyaliban dan
wafat Yesus dalam konteks pandemik covid-19, tampak bagiku hubungan antara
kekuasaan dan keberdosaan. Entah kenapa, bagiku peristiwa itu merupakan
peristiwa sosial yang tampak relevan dalam situasi sekarang ini. Bagaimana dosa
membawa penderitaan umat manusia, baik personal maupun sosial? Bagaimana
kekuasaan menyebabkan keberdosaan dan melanggengkan keberdosaan?
Cara hidup seorang pribadi memancarkan
gambaran sosial tentang bagaimana seharusnya seorang warga masyarakat menjalani
hidup. Tak pelak, seseorang memancarkan kekuasaan sosial masyarakatnya. Pandemik
covid-19 yang mengancam hidup manusiawi tidaklah cukup diatasi secara parsial,
seperti penyembuhan dan pencegahaan saat ini. Struktur pemikiran sosial global
seharusnya menjadi perhatian sungguh. Struktur sosial sudah tidak dapat lagi
dibatasi oleh negara, suku, agama, ideologi, ataupun kebencian dan dendam. Struktur
sosial haruslah bersifat universal dan terbuka. Universal berarti berlaku bagi
semua orang; sedangkan terbuka berarti selalu dapat dikoreksi karena
konsekuensi-konsekuensi praktisnya.
Peristiwa penyaliban dan kematian
Yesus tidak sekadar memancarkan kematian ilahi dalam hidup manusiawi. Lebih
daripada itu adalah bahwa hidup manusiawi terbuka akan “kebangkitan”, yakni
kehidupan sempurna. Hal ini memancarkan keyakinan kuat dalam sanubari umat
beriman bahwa hidup umat manusia senantiasa diperbarui, tidak mandeg atau
bahkan mati (“hancur”). Oleh karena itu, kekuasaan yang melanggengkan
keberdosaan yang membawa akibat penderitaan dan kematian haruslah dihentikan.
Kekuasaan yang dari atas haruslah dipegang dan dipahami sebagai kekuatan yang
senantiasa membawa hidup semakin manusiawi. Kekuasaan ilahi (“dari atas”)
dianugerahkan bukan untuk kekuasaan itu sendiri, tetapi demi hidup umat
manusia.
Maka, kekuasaan ilahi dalam struktur
sosial global tidak akan menyingkirkan individualitas, tetapi justru
mengembangkannya karena memerhatikan sesama demi kesejahteraan individual.
Penghargaan terhadap nilai hidup yang secara konkret ada pada individu-individu
tentulah diutamakan. “Ancaman kehancuran” dihadapi bersama seluruh umat
manusia. Semoga demikian. Amin.
Penulis : Slamet Harnoto & Publisher : F.X Rudy - Tim PARPOL [Partisipan Pelayan Online] Paroki Harapan Indah Bekasi
0 Response to "Kekuasaan dan Dosa"
Posting Komentar
Mohon berkomentar secara bijaksana, bersudut pandang positif dan menyertakan identitas di akhir komentar (walaupun fasilitas komentar tanpa nama). Satu lagi mohon tidak meninggalkan komentar spam !
Terima Kasih | Tim KOMSOS St. Albertus Agung Kota Harapan Indah