Menapaki Jalan Terang
Minggu, 26 Januari 2020
Add Comment
26 Januari 2020 Minggu Biasa III
“Sejak
waktu itulah Yesus memberitakan: ‘Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat’”
(Mat 4:17)
“Menapaki Jalan Terang”
Kesadaran akan kebersamaan seluruh
umat manusia semakin menguat. Di mana-mana menggema seruan perjuangan akan
hak-hak asasi manusia. Martabat manusia tidak dapat dipersempit ke dalam
kesukuan, agama, ras, dan kewarganegaraan. Berbicara tentang martabat manusia
sama halnya membicarakan kesetaraan individu-individu yang memiliki kesempatan
yang sama di tengah masyarakat.
Di tengah kesadaran global itu, masih
saja orang atau kelompok orang yang memandang rendah atau mengeksklusikan
sesamanya. Tidak sedikit orang yang menutup kesempatan bagi sesamanya. Tidak
sedikit pula yang justru merendahkan derajat atau martabat kemanusiaannya
dengan merendahkan sesamanya. Lebih dari itu, sangat memrihatinkan menemukan
keberadaan manusia yang tidak dipandang sebagai sesama.
Di tengah dua kutub kesadaran umat
manusia itu, kiranya sangat relevan seruan untuk bertobat. Umat beriman yang
menapaki jalan terang tidak larut dalam kemapanan. Umat beriman seharusnya membuka
diri terhadap realitas dunia yang tetap membutuhkan kehadiran Sang Terang. Umat
beriman seharusnya tetap menyadari panggilannya agar seluruh umat manusia
menapaki jalan terang.
Salah satu bentuk pertobatan umat
beriman di tengah dua kutub kesadaran global itu adalah dengan menjadi
komunitas alternatif. Paguyuban-paguyuban kristiani membangun atau
mengembangkan diri dalam kedewasaan iman. Salah satu yang begitu menonjol
selama ini adalah pengembangan diri akan afektifitas. Kedewasaan afektif tampak
tidak sejalan dengan kedewasaan berpikir sehingga dalam diri seorang individu
terasa keterbelahan yang mengakibatkan seorang individu itu merasakan
kegelisahan terus-menerus. Rasa perasaan individu kristiani haruslah
didewasakan. Sensitivitas kristiani terarah kepada tatanan nilai kristiani yang
tentunya memanusiakan manusia. Di dalam kegelisahan antara sensitivitas
kristiani dan rasionalitas sering membuat umat beriman justru terbawa kepada
kegelapan, meski menapaki jalan terang. Bagaimana mendamaikannya?
Inilah pertobatan! Pertobatan
merupakan niat untuk memanggul salib hingga akhir dan mencapai kebangkitan. Menapaki
jalan terang merupakan usaha pertobatan umat beriman terus-menerus. Dengan kata
lain, umat beriman akan mengalami pemurnian diri terus-menerus. Jalan salib
itulah jalan terang dimana pemurnian itu terjadi. Dengan demikian, pendewasaan
afektif merupakan jalan salib yang harus dijalani. Tatanan nilai kristiani yang
semakin memanusiakan manusia semakin lama tentulah akan terasa menyenangkan
secara utuh (tidak semu, atau secara rasional demikian).
Maka, komunitas alternatif yang adalah
paguyuban kristiani itu akan semakin nampak terangnya di tengah kesadaran
global yang bipolar. Umat beriman yang memiliki sensitivitas kristiani tidak
akan pernah memandang sesamanya tereksklusikan dari komunitas global umat
manusia. Semua adalah saudara, satu keluarga umat Allah.
Selamat merenung! Tuhan memberkati!
0 Response to "Menapaki Jalan Terang"
Posting Komentar
Mohon berkomentar secara bijaksana, bersudut pandang positif dan menyertakan identitas di akhir komentar (walaupun fasilitas komentar tanpa nama). Satu lagi mohon tidak meninggalkan komentar spam !
Terima Kasih | Tim KOMSOS St. Albertus Agung Kota Harapan Indah