Memaknai Kehidupan
Jumat, 01 November 2019
Add Comment
1 Nopember 2019 HR
Semua Orang Kudus
“Berbahagialah orang yang miskin di
hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga”
(Mat 5:3)
Memaknai Kehidupan
Tidak sedikit orang di lingkunganku yang datang ke pertemuan sekadar
memenuhi jadwal, sementara pikiran dan hatinya di tempat lain. Tatkala
pertemuan Bulan Kitab Suci, pikiran ketua lingkungan ada di rumah seorang
keluarga yang baru meninggal. Karena kecapaian sehabis kerja seharian, tidak
ada bapak-bapak yang fokus pada latihan koor. Entahlah bagaimana mengkondisikan
pertemuan-pertemuan lingkungan dalam situasi konkret jemaat seperti ini.
Yang terpikirkan olehku adalah bagaimana memaknai kehidupan ini.
Pertemuan-pertemuan lingkungan merupakan kesempatan untuk menarik diri dari
berbagai kesibukan harian. Orang diajak untuk mengasingkan diri barang sebentar
untuk menggeluti kerohanian, entah dalam bentuk latihan koor, entah doa
rosario, entah pendalaman iman terpandu, dll. Ada berbagai bentuk kerohanian
yang mengolah kehidupan menjadi sungguh bermakna.
Pada Perayaan Semua Orang Kudus yang mengawali Bulan Nopember ini,
terinspirasi olehku arti hidup ini justru oleh karena rahmat ilahi yang
membongkar rasa cukup diri pada diriku. Tersadar olehku rasa cukup diri membuat
indera rohaniku menjadi tumpul. Aku tidak lagi memiliki kerendahan hati (yang
memadai) dalam bergaul dengan Tuhan dan sesama. Aku menjadi buta terhadap
kenyataan diriku sendiri karena rasa cukup diri; sementara di luar diriku,
orang lain, sesamaku, jauh lebih baik dan berguna dalam kehidupan bersama.
Semangat (dasar) kemiskinan (“miskin di hadapan Allah”) menjadi cahaya
terang yang terpancar dari para kudus. Semangat ini membuat hidup semata demi
dan oleh Allah sehingga memiliki ketidaklekatan pada hal-hal duniawi. Semangat
ini merelativir hak milik pribadi menjadi milik bersama demi dan dalam
kebersamaan. Barang-barang pribadi digunakan sejauh mengembangkan kebersamaan
hidup dengan sesama. Tak ketinggalan daripadanya adalah segala perbuatan baik
bagi sesama. Perbuatan baik tidaklah dipandang sebagai jasa yang harus menerima
imbalan. Keikhlasan atau ketulusan begitu kuat di dalam diri orang yang “miskin
di hadapan Allah”.
Kebahagiaan Para Kudus merupakan anugerah Allah yang telah dan akan
diberikan kepada umat manusia. Makna hidup terdalam tergantung dari pemberian
ilahi ini. Orang dapat memerjuangkannya tapi tidak tentu memerolehnya sejauh
Allah tidak berkenan menganugerahkannya. Makna hidup berasal dan dianugerahkan
oleh Sang Pemberi Hidup (itu sendiri).
0 Response to "Memaknai Kehidupan"
Posting Komentar
Mohon berkomentar secara bijaksana, bersudut pandang positif dan menyertakan identitas di akhir komentar (walaupun fasilitas komentar tanpa nama). Satu lagi mohon tidak meninggalkan komentar spam !
Terima Kasih | Tim KOMSOS St. Albertus Agung Kota Harapan Indah