Ketaatan Seorang Hamba

6 Oktober 2019 Hari Minggu Biasa XXVII

“Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan” (Luk 17:10)

Ketaatan Seorang Hamba

Orang beriman ... apa artinya? Iman tidaklah sama dengan agama atau beragama. Secara singkat, agama merupakan sebuah sistem nilai yang terungkap dalam perilaku para penganutnya baik secara individual maupun komunal. Iman menunjuk pada bagaimana orang menanggapi sapaan dari Allah. Itu berarti bahwa unsur pribadi begitu dominan, yakni hubungan antara Allah dan (seorang) manusia. 

Dalam hubungan pribadi ini yang ada hanyalah tanggapan “ya” terhadap semua kehendak Allah, yang biasa disebut wahyu. “Ya” berarti tidak hanya bahwa orang tersebut menerima dan membenarkan dalam tata ucapan dan pemikiran, tetapi sekaligus terwujud dalam sikap dan perilaku nyata sehari-hari.

Gambaran orang beriman dinyatakan oleh Yesus: ketaatan (para) hamba kepada tuannya! Hamba yang sungguh baik tidak sekadar menaati dan melaksanakan semua perintah tuannya. Hamba yang baik tentu akan berusaha menyenangkan hati tuannya. Seluruh hidup tuannya akan diperhatikannya. Seorang hamba mengenal sungguh tuannya. Tentulah hamba seperti itu akan disayang oleh tuannya.

Bagaimana dengan beriman? Seorang beriman adalah seorang pecinta. Ia tidak hanya memiliki ketaatan seorang hamba, tetapi sungguh mengasihi atau mencintai Allah. Orang beriman tidak sekadar menjalankan segala perintah ilahi, tetapi sungguh karena kasihnya kepada Allah ia memiliki hati ilahi. Seorang beriman tahu dan mengenal sungguh kehendak ilahi. Ia melebihi seorang hamba, karena tanpa diperintah pun melaksanakan apa yang seharusnya. Ia mengenal dan menjalankan sungguh apa yang dikehendaki Allah. Orang beriman menjalankan apa yang seharusnya dijalankannya tanpa pamrih, tidak mengharap balas apapun dari Allah.

By Willy - Tim PARPOL  [ Partisipan Pelayan Online ]
Paroki Harapan Indah Bekasi

Share this post