Membiasakan Kesetiaan
Minggu, 22 September 2019
Add Comment
22 September 2019 Hari Minggu Biasa XXV
“Barangsiapa setia dalam perkara-perkara
kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar” (Luk 16:10a)
“Membiasakan
Kesetiaan”
Dalam pelayanan Gereja ataupun masyarakat umum ada kecenderungan orang
memilih sesuatu yang populer dan favorit. Ada rasa bangga dalam melaksanakan
tugas-tugasnya. Yang terpenting daripadanya adalah bahwa diriku memiliki harga
diri dan menerima puji-pujian. Berbanding terbalik dengan suatu bentuk
pelayanan Gereja atau masyarakat yang tidak populer dan tidak favorit. Ambillah
contoh membersihkan sampah. Adakah harga diri? Dapatkah puji-pujian?
Baik favorit atau tidak, baik populer atau tidak, bagi umat beriman
tentulah akan berusaha sebaik mungkin dalam menjalankan tugas-tugasnya. Penting
disadari kesadaran organistik dimana sebuah pelayanan terkait erat dengan
keseluruhan. Membersihkan sampah di lingkungan gedung gereja misalkan, tentu
sangat terkait dengan kenyamanan umat beriman dalam merayakan iman di dalam
gedung gereja. Bukankah dengan demikian terkait dengan liturgi dan keseluruhan
organisme paroki?
Melalui gambaran tentang kesetiaan, bagi saya, Yesus menekankan suatu
pembiasaan yang pada akhirnya membentuk seorang pribadi umat beriman. Kesetiaan
haruslah dilatih terus-menerus dengan tetap fokus dalam menjalankan pelayanan
tertentu, tidak tolah-toleh, tidak tergoda oleh iming-iming untuk meninggalkan
tugas pelayanan tertentu itu. Tidaklah mudah memang, namun akan sangat
bermanfaat bagi komunitas tatkala seseorang memiliki kepribadian setia karena
telah terbentuk oleh latihan-latihan yang tiada henti.
Maka, dari ajaran Yesus dapat saya petik pelajaran penting, yakni
bahwa tidaklah penting besar kecilnya suatu tugas pelayanan, tetapi bagaimana
diriku sendiri sungguh mengekspresikan diri dalam tugas pelayanan tersebut.
Tatkala aku berlatih paduan suara bersama rekan-rekan lingkungan, saya
mengekspresikan diri sebagai seorang singer
dalam suatu kelompok suara tertentu. Pastilah saya serius dalam latihan
karena keseriusan ini akan membuat keseriusan pula pada saat pelayanan nanti
dalam Misa. Demikian pula tatkala saya mengerjakan editan foto, meski upahku
gak seberapa, aku tetap serius mengerjakannya karena kepuasan pelanggan akan
memertahankan daku dalam penerimaan suatu penghasilan.
Maka, kesetiaan sebagaimana diajarkan Yesus haruslah dipahami sebagai
keseriusan dalam mengerjakan sesuatu. Ini membutuhkan kepribadian yang matang,
yang sungguh terbentuk dari suatu proses perjalanan hidup pribadi. Orang yang
sungguh setia adalah orang yang sungguh serius dalam hidupnya. Orang yang
mencintai Allah tentulah serius, bersungguh-sungguh, mengasihi Allah. Semoga
demikian. Amin!
0 Response to "Membiasakan Kesetiaan"
Posting Komentar
Mohon berkomentar secara bijaksana, bersudut pandang positif dan menyertakan identitas di akhir komentar (walaupun fasilitas komentar tanpa nama). Satu lagi mohon tidak meninggalkan komentar spam !
Terima Kasih | Tim KOMSOS St. Albertus Agung Kota Harapan Indah