Festival Kue Bulan 2019
Minggu, 15 September 2019
Add Comment
Acara perayaan Festival Kue Bulan pertama kali diadakan oleh Gereja Santo Albertus Agung, Paroki Harapan Indah pada tanggal 13 September 2019. Acara dimulai pukul 19.00, mengambil tempat di depan GKP Gedung Karya Pastural. Umat yang datang, hadir di acara ini kurang lebih ada 130 umat.
Acara ini diselengarakan dalam rangka melestarikan kebudayaan Tionghoa. Komunitas Tionghoa Katolik yang disingkat dengan nama KOMTIKA, merupakan komunitas yang belum lama diresmikan oleh romo Kesar. Komtika ini juga mengadakan kelas belajar bahasa Mandarin di hari Minggu dengan Laoshi Rina. Ada 2 kelas, yaitu kelas pertama (beginner) pukul15.00 - 17.00 dan kelas 2 (starter) pukul 19.00 - 21.00.
Acara dibuka dengan kata sambutan oleh romo Kesar, nyanyi, joget, dan peragaan menulis dengan Maobi serta makan kue bulan, dan minum teh. Romo Kesar dan romo Graha, juga ikut penasaran serta tertarik menulis dengan Maobi juga. Acara berakhir pukul 21.00.
Legenda Dewi Bulan dan Pemanah Matahari, sehubungan tanggal 15 bulan 8, tahun Imlek, dan kue bulan. Jaman dahulu kala, di Tiongkok hiduplah sepasang suami istri. Sang istri bernama Chang ‘E & suaminya bernama Hou Yi. Kehidupan mereka berubah ketika suatu hari, 10 matahari yg berupa 10 ekor burung api yg sehrsnya muncul bergantian di langit, tiba-tiba muncul bersamaan, menyebabkan bencana ke bumi. Kekeringan & kemarau panjang melanda. Hou Yi, seorang pemanah ulung, dengan panah pusakanya berhasil memanah 9 dari 10 matahari itu (burung api), menyisakan 1 untuk menunjang kehidupan di bumi.
Hou Yi menjadi pahlawan dan seharusnya kisah ini berakhir bahagia. Namun rupanya tidak demikian. Alkisah, berkat jasanya tersebut, sang Ratu Langit memberikan hadiah berupa 2 buahh pil keabadian agar Hou Yi & Chang ‘E bisa hidup abadi di istana langit.
Lalu mereka memutuskan untuk sementara menyimpan pil itu dan menunggu saat yg tepat untuk naik ke langit. Dengan bahagia pasangan itu menanti hari baik untuk bersama-sama menjadi sepasang Dewa Dewi. Namun malang tak dapat dihindari. Ketika Hou Yi pergi untuk berburu, seorang muridnya yang serakah lalu mencuri pil keabadian tersebut agar dia sendiri yangg bisa menjadi Dewa.
Chang ‘E memergoki perbuatannya & mereka pun bergulat memperebutkan benda itu. Dalam kondisi panik, Chang ‘E terpaksa mnyembunyikan kedua pil itu di dalam mulutnya, dan tanpa sengaja malah menelan nya. Karena menelan 2 buah pil keabadian sekaligus, tubuh Chang ‘E menjadi amat ringan. Begitu ringannya sehingga dia tak mampu lagi mempertahankan kakinya agar tetap di tanah. Tubuh Chang ‘E melayang, lebih tinggi dari atap rumah mereka, dan tak lama kemudian ketinggiannya sudah melampaui ujung pohon tertinggi di hutan.
Tepat saat itulah Hou Yi pulang. Melihat istrinya melayang, dia menyadari kalau Chang ‘E pastilah telah menelan kedua pil itu. Hou Yi marah karena mengira sang istri telah mengkhianatinya. Dalam kemarahan itu sang pahlawan merentangkan busur panahnya, berniat memanah jatuhkan istrinya sendiri. tapi pada saat terakhir, Hou Yi mengurungkan niat nya itu. Dengan hati yang hancur dia hanya bisa terpaku memandangi sosok sang istri yang makin lama makin menjauh.
Chang ‘E melayang di langit, makin tinggi dan tinggi, dia baru mampu mendarat saat tiba di permukaan bulan yang dingin. Tak ada kehidupan di sana. Chang ‘E yang malang hanya bisa menangis tanpa tahu cara pulang ke bumi untuk menjelaskan semuanya pada sang suami keadaan yang sebenarnya. Sang Ratu Langit yang merasa kasihan kepadanya membuatkan sebuah istana di bulan dan memberikan seekor kelinci untuk menemani hari-hari Chang ‘E yg kesepian. Chang ‘E pun kemudian menjadi Dewi Bulan.
Sementara itu di bumi, Hou Yi pada akhirnya tahu kalau Chang ‘E tak bersalah. Sang murid yang durhaka lalu mendapat hukuman berat, tapi hanya itu yang dapat dilakukan Hou Yi . Dan dia tak mungkin bisa bertemu lagi dengan istrinya yang sudah menjadi dewi bulan, sementara sudah tidak ada lagi pil keabadian. Dunia mereka sudah berbeda dan yang bisa dilakukan Hou Yi hanya menunggu, berharap suatu saat Chang ‘E akan turun ke bumi mengunjunginya. Maka sejak saat itu, tiap tanggal 15 bulan ke-8, tahun Imlek, di hari saat Chang ‘E naik ke langit.
0 Response to "Festival Kue Bulan 2019"
Posting Komentar
Mohon berkomentar secara bijaksana, bersudut pandang positif dan menyertakan identitas di akhir komentar (walaupun fasilitas komentar tanpa nama). Satu lagi mohon tidak meninggalkan komentar spam !
Terima Kasih | Tim KOMSOS St. Albertus Agung Kota Harapan Indah