Buta dan Tuli Rohani
Minggu, 29 September 2019
Add Comment
29 September 2019 Hari Minggu Biasa XXVI
“Kata Abraham kepadanya: Jika mereka
tidak mendengarkan kesaksian Musa dan para nabi, mereka tidak juga akan mau
diyakinkan, sekalipun oleh seorang yang bangkit dari antara orang mati” (Luk
16:31)
“Buta dan Tuli
Rohani”
Meski belum kesampaian, saya masih memiliki mimpi-mimpi seperti yang
diceriterakan oleh Yesus. Saya ingin menjadi orang kaya. Saya mau memiliki
rumah yang megah dan mewah dengan segala perlengkapan mahal di dalamnya,
termasuk isteri dan para pelayan bagiku. Begitu indah dan menyenangkan. Di
samping itu, saya pun bermimpi: saya mau menjadi seorang dermawan, yang dipuja
dan dipuji semua orang. Begitu membanggakan rasanya. Aku ingin menjadi orang
sempurna!
Yang dituju oleh Yesus adalah mereka yang tidak memerlakukan sesamanya
sebagaimana mestinya. Bukankah orang kaya itu mampu membuat Lazarus tidak
sekadar sehat dan terjaga kesehatannya? Bukankah orang kaya itu mampu
menjadikan Lazarus hidup layak dan sejajar dengan sesamanya dalam lingkaran
hidup sosialnya?
Harta benda dan kekuasaan tidak jarang justru membuyarkan mimpi untuk
menjadi sempurna. Orang tidak memiliki kepekaan lagi untuk mendengarkan dan
menangkap suara ilahi. Orang menjadi buta dan tuli rohani. Konsekuensinya
adalah bahwa orang menjadi tidak peduli terhadap sesamanya. Harta benda dan
kekuasaan justru menggoda orang untuk terus menumpuk kekayaan dan memerluas
kekuasaan. Kebutaan dan ketulian rohani semakin tajam karena mengejar
kesempurnaan semu.
Umat beriman ditantang untuk memupuk kepekaan sosial, kepedulian
terhadap sesama, dan karenanya tidak membutakan dan menulikan diri sendiri
terhadap penderitaan di sekitarnya. Kenangan indah di Cilacap tujuh belas tahun
yang lalu tak pernah hilang dari ingatanku. Dalam kesederhanaannya seorang
bapak tua, waktu itu, menyuguhkan lintingan tembakau kemenyan untukku. Sambil
berkata, “Punyanya cuman ini!”, disodorkan lintingan itu kepadaku. Adakah
ketulusan hati sebesar ini pada diriku tatkala aku justru memerhitungkan
kebutuhan-kebutuhan diriku yang bertambah banyak?
Tuhan memberkati!
0 Response to "Buta dan Tuli Rohani"
Posting Komentar
Mohon berkomentar secara bijaksana, bersudut pandang positif dan menyertakan identitas di akhir komentar (walaupun fasilitas komentar tanpa nama). Satu lagi mohon tidak meninggalkan komentar spam !
Terima Kasih | Tim KOMSOS St. Albertus Agung Kota Harapan Indah