Kesetiaan Iman
Minggu, 11 Agustus 2019
Add Comment
Renungan 11 Agustus 2019 Hari Minggu Biasa XIX
“Hendaklah pinggangmu tetap berikat dan pelitamu tetap menyala” (Luk 12:35)
“Kesetiaan Iman”
Merefleksikan Kitab Ibrani (Ibr
11:1-2, 8-12), orang beriman tentulah percaya sepenuhnya akan Sabda Allah.
Gambaran nyata darinya adalah Abraham. Karena percaya sepenuhnya akan kebenaran
apa yang diperintahkan Allah, Abraham pergi dari tanah kelahirannya menuju
tanah yang ditunjukkan Allah. Karena imanlah Abraham menyaksikan bagaimana
Allah menghapus rasa malunya, yakni dengan memiliki anak dari Sara, isterinya,
meski sudah berusia lanjut.
Direfleksikan lebih jauh, orang
beriman tentulah akan senantiasa siap sedia menyambut kehadiran Tuhan. Yesus
mengajarkan agar para muridNya senantiasa waspada, bersiaga akan kehadiran
Allah, jangan sampai ditemui lengah. Jangan sampai Allah menjumpai
ketidaksetiaan umat manusia. Gambaran Yesus tentang hal ini adalah para hamba
atau para pelayan yang senantiasa siap menyambut kepulangan tuannya. Menjadi
tanggung jawab para hamba atau para pelayan untuk membukakan pintu dan melayani
tuannya yang baru pulang. Itu berarti bahwa Allah, Sang Tuan, menerima
pertanggungjawaban umat manusia sebagaimana mestinya (lih. Luk 12:35-38).
Kesetiaan iman merupakan nilai
dasariah umat beriman. Di sana termuat bagaimana umat beriman menjalin relasi
dan komunikasi intim dengan Allah. Hubungan personal tidak lagi didasarkan pada
pengetahuan akan hidup umat manusia dan kehidupan ilahi, tetapi pada kepekaan
akan kehendak masing-masing, terutama kehendak ilahi pada umat manusia. Dalam
hal ini kesetiaan iman lalu memiliki arti bagaimana umat beriman
memertanggungjawabkan pelaksanaan kehendak ilahi yang telah menjadi kehendaknya
dalam kehidupan nyata. Umat beriman tentulah akan bergegas melaksanakan
kehendak ilahi. Itulah Abraham, bapak semua umat beriman.
Kasih kepada Allah tentulah
menyelimuti umat beriman. Umat beriman tidak memiliki kehendak sedikit pun
untuk menyakiti yang dikasihinya, yakni Allah. Ikatan kasih inilah yang membuat
umat beriman tidak akan pernah rela sedikit pun untuk “selingkuh” terhadap
Allah. Kesetiaan kepada Allah pada akhirnya dilandasi oleh kesadaran penuh umat
beriman akan kasih Allah kepada mereka. Adakah umat beriman yang rela
mengkhianati kasih Allah?
Selamat merenung! Tuhan memberkati!
0 Response to "Kesetiaan Iman"
Posting Komentar
Mohon berkomentar secara bijaksana, bersudut pandang positif dan menyertakan identitas di akhir komentar (walaupun fasilitas komentar tanpa nama). Satu lagi mohon tidak meninggalkan komentar spam !
Terima Kasih | Tim KOMSOS St. Albertus Agung Kota Harapan Indah