JOURNEY TO LASEM 2019 23 sd 25 Agustus 2019
Sabtu, 31 Agustus 2019
Add Comment
1. Perjalanan
& Sejarah singkat Lasem
Hari Jumat pagi itu masih gelap gulita ,
peserta ziarek Journey To Lasem 2019 telah berkumpul di halaman Gereja Santo
Abertus Agung untuk memulai perjalanan panjang menuju Lasem di Rembang Jawa
Tengah , jarak yang di tempuh dari kota Harapan Indah sekitar 560Km .
Komunitas Tionghoa Katolik (KomTika) melaksanakan
kegiatan tersebut agar para anggotanya bisa lebih memahami sejarah ,budaya dan
persatuan , setelah melalui pertimbangan panjang maka di pilihlah kota Lasem
sebagai distination untuk kegiatan ziarah budaya ini , karena kota Lasem
memiliki nilai pluralisme , toleransi yang tinggi dan sejarah panjang tentang
persatuan yang patut menjadi contoh bagi
kita bersama .
Menurut catatan sejarah , tahun 1351 pada
saat itu kerajaan Majapahit masih berkuasa ,daerah Lasem merupakan sebuah
Kadipaten dan mendapatkan status “perdikan” , Kadipaten Lasem di pimpin oleh Dewi
Indu yang bergelar Bhre Lasem , keponakan dari Raja Majapahit saat itu . Namun
dalam perkembangan saat ini Lasem hanyalah salah satu Kecamatan di Kabupaten
Rembang , Jawa Tengah.
Telah lama Lasem juga dikenal dengan seni
batiknya yang khas , konon kemampuan seni membatik tersebut awalnya dibawa oleh
seorang istri Nakhoda bernama Putri Na Li Ni . ciri khas batik Lasem banyak
didominasi warna Merah yg merupakan pertautan dari budaya Tionghoa dan budaya
Jawa.
Tercatat pada tahun 1740 ketika terjadi
peristiwa geger China , kota Lasem menjadi titik pusat perlawanan kaum China
terhadap kolonialisme VOC Belanda ,
perlawanan itu di pimpin oleh Oey Ing Kiat , Raden Panji Margono dan Tan Kee
Wie tiga serangkai yang mencoba mengusir penjajahan di Jawa Tengah .
Selanjutnya pada saat terjadi perang Diponegoro (1825-1830) Kota Lasem
merupakan titik penyelundupan senjata api dari Singapore yang selanjutnya di
kirimkan ke pasukan Diponegoro yang sedang mengobarkan perang Jawa untuk
melawan Belanda .
2. Tempat
Ziarah budaya
Setelah bus berjalan sekitar 5 jam , kami tiba di Kota
Tegal dan menuju ke Taman Rohani Jati
Segara Wening sebuah tempat untuk berdoa yang cukup luas serta alami penuh
dengan pepohonan . Kami melaksanakan doa rosario bersama di tempat ini untuk
memanjatkan doa melalui Bunda Maria agar perjalanan kami berjalan lancar dan selalu
mendapatkan perlindunganNya
Tempat tempat ziarah budaya yang kami kunjungi meliputi Kelenteng Gie Yong Bio terletak di Jalan Babagan
Lasem , kelenteng ini mulai dibangun pada tahun 1780, serta memiliki
keistimewaan karena dibangun untuk menghormati tiga orang pahlawan Lasem yaitu
: Oey Ing Kiat , Tan Kee Wie dan Raden Panji Margono . Tiga serangkai ini telah
berjuang melawan VOC pada tahun 1741-1742 dan ahun 1750 yang terkenal sebagai
“perang kuning” .
Kelenteng Gie Yong Bio merupakan satu
satunya Kelenteng di Indonesia yang memiliki “KongCo” Pribumi , penghormatan
ini merupakan bukti persahabatan leluhur dari komunitas yang berbeda .
Rombongan peserta singgah ke Gereja Katolik Santa Maria Imaculata
yang terletak di Jalan Sunan Bonang , Gereja ini di bangun sekitar tahun
1965-1970 . para peserta berkesempatan berdoa bersama di dalam Gereja ini .
Rombongan mengunjungi Kelenteng Cu An Kiong , Kelenteng ini
diperkirakan di bangun pada tahun 1477 oleh perantau China yang berlabuh di
Lasem , kelenteng ini pernah di renovasi pada tahun 1838 untuk meninggikan
lantainya karena sering di landa banjir .
Kelenteng ini di bangun oleh para perantau
sebagai ungkapan rasa syukur atas perlindungan yang maha kuasa dan selamat
dalam perjalanan laut sehingga tiba di kota Lasem . untuk itu mereka membangun
kelenteng ini sebagai pemujaan kepada Thian Siang Seng Bio atau Dewi Samudera .
Sebagai tanda pembauran antara masyarakat
Tionhoa dan pribumi , maka setiap ulang tahun Thian Siang Seng yaitu pada
tanggal 23 bulan 3 penanggalan China , kelenteng akan merayakan sejumlah
pagelaran wayang kulit , klonengan dan gamelan .
Lawang
Ombo sebuah tempat yang cukup terkenal karena
keunikannya , rumah ini diperkirakan dibangun sekitar tahun 1860 oleh Lim Kok
Sing , beliau adalah seorang pedagang candu yang di dapat dari Tiongkok . Kusen
pintu utamanya sungguh besar tingginya hampir dua kali gawang spak bola dan
lebarnya sekitar tiga meter ukurannya yang besar inilah yang membedakan dengan
kusen kusen rumah klasik yang ada di sekitarnya. Arsitektur bangunan ini merupaka perpaduan
dari pengaruh China pada lengkung atapnya dan pengaruh Eropa pada ornamen
pilarnya .
Sungai Lasem saat itu sangat penting untuk
transportasi , orang2 Tionhoa menggunakan kapal kecil dan memasukan candu
selundupan kedalam peti mati , yang selanjutnya di sebarkan keseluruh daerah
selatan pulau Jawa .
Batik
Sekar Kencana terletak di jalan Babagan gang IV
kecamatan Lasem . Pemilik usaha batik ini adalah Bapak Sigit Witjaksono adalah
seorang tokoh yang berupaya membangkitkan kembali pamor batik Lasem yang pernah
berjaya di masa penjajahan Belanda . Pada masa itu batik Lasem masuk dalam lima
besar batik terkenal yaitu batik Pekalongan , Banyumas , Yogjakarta , Solo dan
batik Lasem
Tiongkok
Kecil Heritage (rumah Merah) terletak di jalan Karang
turi .
Rasanya belumlah lengkap bila kita datang
ke kota Lasem tanpa mengunjungi rumah Merah ini , warna merah masif pada
dinding bangunan ini di ilhami dengan warna merah yang ada di istana yang ada di Beijing .
Bangunan ini dibangun sekitar tahun 1850
oleh Ong Gun Guan seorang pengusaha kaya di Lasem , kemudian dalam
perjalanannya rumah ini telah beberapa kali berpindah kepemilikan yang berbeda
.
Tepat di teras sebelum memasuki rumah
terlihat ada dua patung dewa berukuran besar , kemudian ada dua barongsai
masing2 berwarna hijau dan biru . Selanjutnya di bagian dalam terdapat dua buah
lemari kuno , patung dewa yang berukuran
besar dan beberapa lukisan yang berisikan gambar serta tulisan yang mengisahkan
perjalanan rumah merah heritage dari tahun ke tahun .
Rumah
Oey terletak di jalan Jatirogo , bangunan ini berdiri
sejak tahun 1818 , sampai saat ini berdiri kokoh dan konstruksinya masih asli .
lantainya terbuat dari terakota meskipun sederhana tapi nampak megah khas
bangunan China abad 18 . dibangun oleh Oey Am
Perabotannya masih lengkap dan asli , bangku bangku
rotan dan lemari masih terpelihara dengan baik , di beberapa bagian dinding
terpasang foto foto keluarga yang sudah kusam , untuk mengenang Tjioe Nio istri
dari Oey Am di sana ada sebuah kebaya encim yang di bingkai dg rapih
Gereja
Katedral Santa Perawan Maria Ratu Rosario Suci ,
terletak di Jalan Pandanaran di kota Semarang . Cahaya matahari masih remang
remang dan udara pagi hari masih dingin , para peserta mengikuti Misa hari
Minggu pagi pagi hari Jam 05:30 sehingga terpenuhi santapan jiwa kebutuhan
rohani para peserta ziarah .
Kelenteng
Sam Po Kong , kelenteng ini di bangun untuk mengenang
jasa dan kebesaran dari Laksamana Agung Zheng He , dikenal juga sebagai Cheng
Ho sang duta perdamaian (tahun 1371 sd 1435) . beliau lahir di Kunyang , Yunan
, Tiongkok tahun 1371 dimasa kekaisaran
Yong Le , dinasti Ming beliau memimpin armada muhibah mengunjungi negara negara
diseberang lautan termasuk ke kepulauan Nusantara dan kota Semarang untuk
mengikat persaudaraan dan perdamaian .
Beliau wafat pada tahun 1435 di tengah
perjalanan pulang dari Kalikut , jenazah beliau diperkirakan di hanyutkan di
tengah lautan , namun adapula yang meyakini bahwa bliau di kebumikan di
Semarang . Belaiau sangat di hormati oleh orang Tionghoa dan juga kaum pribumi
lainnya .
3. Kebersamaan
, sukacita dan keakraban
Dengan kegiatan Journey to Lasem 2019 ini
peserta lebih memahami sejarah dan kebudayaan serta pentingnya arti sebuah
persatuan untuk menyongsong masa depan bersama . Selama perjalanan para peserta
yang berjumlah 44 orang penuh dengan kegembiraan dan sukacita , serta diselingi
dengan bernyanyi bersama . Dalam perjalanan juga di adakan KomTika idol lomba
menyanyi katagori duet pasangan suami istri dan katagori solo . ternyata lomba
KomTika idol ini di ikuti dengan antusias oleh para peserta , yang kemudian di
nilai oleh para juri dan diberikan hadiah yang sangat menarik .
Journey to Lasem 2019 Komptika yang
berlangsung 3 hari ini sangat berkesan , kebersamaan , suka cita dan keakraban
telah terjalin dalam ziarah bersama . semoga dengan kebersamaan yang telah
terbentuk ini dapat menjadi modal dalam melaksanakan karya pelayanan di Paroki
Harapan Indah baik secara perorangan maupun secara kelompok dalam wadah
komunitas Tionhoa Katolik (KomTika) Semoga Tuhan memberkati rencana dan langkah
langkah selanjutnya .
0 Response to "JOURNEY TO LASEM 2019 23 sd 25 Agustus 2019"
Posting Komentar
Mohon berkomentar secara bijaksana, bersudut pandang positif dan menyertakan identitas di akhir komentar (walaupun fasilitas komentar tanpa nama). Satu lagi mohon tidak meninggalkan komentar spam !
Terima Kasih | Tim KOMSOS St. Albertus Agung Kota Harapan Indah