Ketulusan Kasih
Minggu, 30 Juni 2019
Add Comment
“Setiap
orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang,
tidak
layak untuk Kerajaan Allah” (Luk 9:62)
30 Juni 2019 Hari Minggu Biasa XIII
“Ketulusan Kasih”
Hampir satu tahun ini aku
memertanyakan tentang kasih dan ketulusan. Rasaku tiada kasih tatkala orang
tidak memiliki ketulusan. Orang tidak dapat mengatakan atau berpikir bahwa
dirinya mengasihi tatkala pemberian atau perbuatannya terhadap sesama
mengharapkan balasan yang setimpal. Ketulusan menjadi prasyarat mutlak
keberadaan mengasihi.
Ketulusan itu begitu kentara tatkala
berada dalam situasi negatif. Tahun lalu, bapakku terserang stroke. Mau tidak
mau akulah yang merawatnya karena diriku tinggal bersamanya. Sebulan yang lalu,
ibuku terjatuh dan mengalami pendarahan otak. Sambil menunggu mukjizat ilahi,
ibu dirawat di rumah kakak tertua. Dalam situasi seperti ini ketulusan
mendapatkan tantangannya tatkala orang tergoda untuk berbagi beban dengan
saudara-saudaranya yang tentu memiliki tanggung jawab terhadap kedua orangtua.
Tiada kasih atau tergerusnya kasih terjadi tatkala ada iri dan keengganan
melibatkan diri pada situasi seperti itu karena sudah terlalu banyak yang
dikorbankan.
Kerajaan Allah adalah Kerajaan Kasih.
Ada tuntutan kesegeraan dalam mengasihi sesama. Tidak ada tawar menawar atau
prasyarat untuk mengasihi. Orang harus benar-benar tulus untuk bekerja demi
Kerajaan Allah. Sering kali dituntut pula totalitas, meski keterbatasan
menggelayuti hidup konkret. Tidak jarang, ketidakpedulian terhadap orang lain
dibutuhkan demi kasih kepada sesama. Oleh karena itu, tidak jarang dituntut
pula penghancuran rasa kesia-siaan atas pengorbanan yang telah diberikan.
Yang menarik perhatianku dari ketiga
bacaan minggu ini adalah sifat personal panggilan Allah untuk bekerja di ladang
Tuhan. Orang dipanggil bukan karena alasan manusiawi, tetapi karena Allah
menghendakinya. Tatkala Allah menghendakinya, seseorang harus meninggalkan
segala sesuatunya, termasuk orangtua yang dikasihinya. Itu tidaklah berarti
bahwa seseorang yang dipanggil tidak lagi mengasihi kedua orangtuanya.
Panggilan Allah justru memerkembangkan dan menyempurnakan kasih kepada
orangtua. Aku bersyukur bahwa Allah berkenan memanggilku secara pribadi untuk
tulus dalam melayani. Tiada kasih tanpa ketulusan. Amin.
0 Response to "Ketulusan Kasih"
Posting Komentar
Mohon berkomentar secara bijaksana, bersudut pandang positif dan menyertakan identitas di akhir komentar (walaupun fasilitas komentar tanpa nama). Satu lagi mohon tidak meninggalkan komentar spam !
Terima Kasih | Tim KOMSOS St. Albertus Agung Kota Harapan Indah