Renungan : Saksi Kebangkitan
Minggu, 05 Mei 2019
Add Comment
“Allah nenek moyang kita telah membangkitkan Yesus,yang kamu gantungkan pada kayu salib dan kamu bunuh” (Kis 5:30)
5 Mei 2019 Hari Minggu Paskah III
“Saksi Kebangkitan”
Di saat dunia bergemuruh dengan berbagai peperangan di berbagai belahan dunia, termasuk pengeboman di Srilanka, umat beriman diingatkan akan satu hal, yakni panggilan untuk menjadi saksi kebangkitan. Catatan Kisah Para Rasul penting kiranya diperhatikan bahwa kebangkitan merupakan tindakan Allah semata, bukan karena ilmu, ngelmu, atau kesaktian seseorang. Peristiwa kebangkitan Yesus mengungkap suatu kebenaran juga bahwa hidup tidak dapat didamaikan dengan kematian. Hidup tidak dapat berhenti dengan kematian duniawi, ataupun ragawi, tetapi berlanjut terus. Hal ini sekaligus juga mengungkapkan kelanggengan Sang Waktu. Tiada batas akhir bagi Sang Waktu. Dia ada sejak awal mula. Keberadaannya ada dan selalu ada.
Umat beriman jaman now tentunya memahami “Allah nenek moyang kita” seluas mungkin: Allah seluruh umat manusia sejak keberadaan umat manusia di dunia ini! “Allah nenek moyang kita” yang diucapkan Petrus di hadapan orang-orang Yahudi tidaklah semata “Allah nenek moyang orang Yahudi”. Universalitas ini merupakan buah kebangkitan Yesus yang mengangkat kodrat kehidupan manusiawi ke dalam kehidupan ilahi. Allah adalah Allah bagi semua orang, dari segala bangsa di dunia ini.
Peristiwa kebangkitan Yesus mengungkap satu kecenderungan dasariah hidup manusia: menyingkirkan Allah dari hidupnya! Allah telah “kamu gantungkan di kayu salib dan kamu bunuh”. Umat manusia telah menjatuhkan pilihannya: memilih kematian. Umat manusia telah menutup kelanggengan dalam hidupnya. Tertutupnya kelanggengan pada akhirnya menutup kemajuan yang secara hakiki melekat dalam seluruh eksistensi di alam semesta ini.
Peristiwa kebangkitan Yesus membongkar balikan kecenderungan dasariah itu: Allah telah menggantungkan kedagingan di kayu salib dan menghancurkannya! Kelanggengan menjadi panorama hidup umat manusia. Kemajuan atau kualitas hidup manusiawi terpapar begitu kuat dalam keseharian hidup. Kedegilan dan kesombongan diri manusiawi yang sering ditolerir dengan mengatasnamakan “manusiawi” disingkirkan! Umat manusia ditantang untuk terus-menerus menatap masa depan yang begitu luas, seluas hakikat Sang Waktu.
Umat beriman merupakan saksi atas peristiwa kebangkitan itu! Umat beriman memberikan kesaksian akan tindakan Allah yang menghancurkan kematian dalam dan melalui Yesus sehingga pada dasarnya umat manusia berada dalam kekuasaan Sang Waktu yang tak mengenal batas kehidupan. Umat beriman bersaksi akan realitas keberdosaan manusia karena Allah telah menggantungkannya di kayu salib dan menghancurkannya!
0 Response to "Renungan : Saksi Kebangkitan"
Posting Komentar
Mohon berkomentar secara bijaksana, bersudut pandang positif dan menyertakan identitas di akhir komentar (walaupun fasilitas komentar tanpa nama). Satu lagi mohon tidak meninggalkan komentar spam !
Terima Kasih | Tim KOMSOS St. Albertus Agung Kota Harapan Indah