Melihat dengan “Balok”
Minggu, 03 Maret 2019
Add Comment
3 Maret 2019 Hari Minggu Biasa VIII
---
“Mengapa engkau melihat selumbar di dalam mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu sendiri tidak engkau ketahui?” (Luk 6:41)
Melihat dengan “Balok”
Satu hal menarik yang saya tawarkan
untuk direnungkan adalah bahwa Yesus berbicara tentang kesalahan ataupun
kedosaan. Baik “balok” maupun “selumbar” menunjuk pada kesalahan orang dengan
bobot yang berbeda. Tentu, kesalahan “balok” lebih besar dibandingkan dengan
“selumbar”. Maka, pertanyaan Yesus menunjuk pada kesalahan kecil orang lain
justru tampak begitu jelas, sementara kebusukan diri sendiri malah tidak dapat
dikenali.
Kiranya hal itu terjadi karena
“balok”-lah yang digunakan orang untuk memerhatikan orang lain dalam relasi sosialnya.
“Balok” merupakan kacamata pembesar yang membantu orang untuk melihat realitas
hidup sesama dengan begitu jelas. Permasalahan di sini adalah bahwa kacamata
pembesar itu merupakan kebusukan diri sendiri sehingga hanyalah sisi-sisi
negatiflah yang dapat dilihat. Sisi-sisi positif, kebaikan-kebaikan sesama,
rahmat, dan sebagainya menjadi kabur, bahkan tidak tampak sama sekali.
Konsekuensi yang dipertanyakan Yesus terletak di sini: kebusukan diri sendiri
tidak mampu dikenali, sehingga orang merasa dirinyalah yang benar di hadapan
sesamanya.
Baik kiranya direnungkan bahwa
kacamata pembesar itu harus dibuang. Secara implisit, Yesus menuntut bahwa
orang mampu menemukan bahwa orang lain merupakan cermin bagi kehidupan
pribadinya. Orang mampu menemukan dirinya sendiri tatkala bergaul dengan
sesamanya. “Selumbar-selumbar” yang ada pada diri orang lain pun ada di dalam
diri sendiri. Maka, tantangan terbesar bagi seseorang adalah mampukah menemukan
“balok” yang terbangun dari “selumbar-selumbar” itu?
Pada akhirnya umat beriman ditantang
untuk membersihkan diri sendiri. Tentu hal ini terjadi hanya dengan pertolongan
Roh Kudus. Umat beriman diajak terus-menerus untuk masuk ke dalam ruang
batinnya. Ia harus mau dan mampu berada di dalam ruang batinnya, yang mungkin
terasa begitu pengap. Ia harus mau dan mampu membersihkan ruang batinnya
sehingga merasakan kedamaian sepenuhnya dan seutuhnya dengan diri sendiri.
Itu berarti umat beriman diajak untuk
berintrospeksi. Umat beriman tidak sekadar memerhatikan keutamaan atau
keunggulan atau kelebihan diri sendiri, tetapi sekaligus kekurangan dan
kelemahan pun haruslah dicermati sungguh. Tidak ada orang yang sempurna, tetapi
ada cukup banyak orang yang berpacu menuju kesempurnaan. Dengan pertolongan Roh
Kudus, tentulah umat beriman mampu menemukan “balok” yang ada pada dirinya
sendiri. Selamat merenung dan selamat memasuki masa prapaskah!
---
By Slamet Harnoto - Partisipan Pelayan On Line (PARPOL)
0 Response to "Melihat dengan “Balok”"
Posting Komentar
Mohon berkomentar secara bijaksana, bersudut pandang positif dan menyertakan identitas di akhir komentar (walaupun fasilitas komentar tanpa nama). Satu lagi mohon tidak meninggalkan komentar spam !
Terima Kasih | Tim KOMSOS St. Albertus Agung Kota Harapan Indah