Menggerayangi “Penolakan”
Minggu, 03 Februari 2019
Add Comment
3 Pebruari 2019 Hari Minggu Biasa IV
---
“Aku
berkata kepadamu, sesungguhnya tidak ada nabi yang dihargai di tempat asalnya”
(Luk 4:21)
Menggerayangi “Penolakan”
Rasaku tidak ada orang katolik yang
tidak hafal dengan kisah dan sabda Yesus terkait kehadiranNya di tempat
asalNya. Kisah dan sabda ini tampak begitu membelenggu umat beriman sehingga di
hadapan orang-orang yang mengenalnya (tempat asalnya) kelihatan tidak percaya
diri. Umat beriman menampakkan keraguan, ada yang mengendalikannya, apalagi
mereka yang menjadi pelayan jemaat, seperti kaum berjubah dan pelayan luar
biasa (prodiakon).
Rasaku harus dicermati bagaimana
peristiwa kenabian dan gambaran tentang kenabian di tengah masyarakat Yahudi.
Ada gambaran tertentu terkait seorang nabi bagi masyarakat Yahudi. Salah
satunya adalah kekuatan ilahi yang menyelimuti hidup seorang yang dipandang
sebagai nabi. Apa yang diceriterakan Yesus tentang seorang tabib dan Elia
mengungkapkan hal ini. Sementara itu, sebagaimana diceriterakan Lukas, tempat
asal telah mengenali seorang pribadi “nabi” (bdk. Luk 4:22). Berbagai pertanyaan dan informasi di benak
orang-orang tempat asal tentulah menunjukkan suatu upaya penjernihan kenabian
seseorang.
Saya tawarkan untuk direnungkan
tentang satu hal: “resistensi”. Dibandingkan dengan tempat/daerah lain
resistensi yang ditunjukkan Yesus sebagaimana diceriterakan Lukas, tempat asal
paling besar resistensinya terhadap kehadiran seorang nabi. Mereka telah
mengenali pribadi tersebut sejak masa kecilnya. Bagaimana keluarganya sudah
sangat dikenalinya.
Penetrasi yang kuat tentu dibutuhkan
dari seorang nabi di tempat atau daerah asalnya. Penetrasi ini tentunya
mencermati upaya penjernihan kenabian seseorang dalam suatu masyarakat.
Gambaran yang mencengkeram benak setiap insan dalam suatu masyarakat haruslah
dikenali. Yang tak kalah pentingnya adalah strategi penetrasi ke dalam
cengkeraman itu. Mampukah seorang nabi memenetrasikan sabda Allah ke dalam
suatu gambaran masyarakat yang beku dan masif? Ketidakmampuan akan menghasilkan
penolakan!
Pelajaran berharga dari ketiga bacaan
minggu ini adalah mengasihi sebagaimana Allah mengasihi umat manusia sehingga
seseorang diutus menjadi nabi: Yeremia, Paulus, dan Yesus. Paulus menyatakan
bahwa keutamaan paling utama adalah kasih (lih.
1 Kor 13:2, 13). Kasih merupakan “tiang besi” dan “tembok tembaga” seorang nabi
(cf. Yer 1:18). Kasih itu pulalah
yang mengalir dari pernyataan Yesus: “Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu
kamu mendengarnya” (Luk 4:21).
---
By Tim Partisipan Pelayan On Line (PARPOL)
0 Response to "Menggerayangi “Penolakan”"
Posting Komentar
Mohon berkomentar secara bijaksana, bersudut pandang positif dan menyertakan identitas di akhir komentar (walaupun fasilitas komentar tanpa nama). Satu lagi mohon tidak meninggalkan komentar spam !
Terima Kasih | Tim KOMSOS St. Albertus Agung Kota Harapan Indah