Dialog Dengan Adat Istiadat
Sabtu, 01 September 2018
Add Comment
RENUNGAN MINGGUAN
2 September 2018 Minggu Biasa XXII
2 September 2018 Minggu Biasa XXII
“sebab dari dalam, dari hati orang, timbul segala pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan, perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan,”
(Mk 7:21-22)
Dialog dengan Adat Istiadat
Sangat
menarik: Markus menampilkan bagaimana Yesus mengajari orang Farisi mendialogkan
iman dengan adat istiadat! Pola dialogal dalam kehidupan beriman sudah
seharusnya disadari sungguh terjadi dalam kehidupan umat beriman. Tidak hanya
para ahli (seperti orang Farisi), tetapi seluruh umat beriman mendialogkan iman
dengan adat istiadat! Perhatikanlah dua hal menarik dari dialog iman
sebagaimana diajarkan Yesus berikut:
1. Tema
dialog
Tema
dialog yang ditampilkan Markus adalah kenajisan. Dimulai dengan orang Farisi
yang memertanyakan para murid Yesus yang makan tidak mencuci tangan terlebih
dahulu. Di sini belum tampak apakah perilaku mencuci tangan sebelum makan
merupakan adat istiadat ataukah suatu keharusan imani. Barulah tampak jelas
setelah dinyatakan oleh Yesus dengan menyitir nubuat Nabi Yesaya: perintah
Allah ataukah perintah manusia! Dalam hal ini Yesus menegaskan bahwa mencuci
tangan merupakan adat istiadat yang dibuat manusia dan diwariskan
turun-temurun, bukan perintah Allah. Pada akhirnya, orang harus menemukan
esensinya: menyembah Allah.
2. Menemukan
esensi
Dengan
mengutip nubuat Nabi Yesaya, Yesus menunjukkan bahwa yang terpenting adalah
bagaimana orang menyembah Allah. Tentunya orang Farisi tahu persis bahwa orang
menyembah Allah dengan hati! Di sinilah Yesus tidak sekadar mengingatkan orang
Farisi, tetapi menunjukkan bahwa kejernihan hati (dan tentunya budi) yang
menjadi landasan! Kenajisan hati jelas menghalangi orang untuk menyembah Allah.
Yang membuat najis bukanlah tangan ataupun peralatan hidup yang kotor. Orang
bertangan kotor pun mampu dan sungguh menyembah Allah tatkala dirinya sedang
menolong orang lain. Dengan peralatan yang kotor pun orang dapat menyelamatkan
sesamanya yang kelaparan. Oleh karena itu yang terpenting adalah kebersihan
hati di hadapan Allah. Kebersihan hati akan memancar keluar sebagai kesejukan
yang berasal dari kebersamaan dengan Allah. Tidak ada yang menyangkal bahwa
kebersihan hati akan terungkap dalam hidup bersama, antar-umat manusia.
Tentunya, ungkapan nyata dari kebersihan hati ini akan membangun dan
mengembangkan hidup bersama. Bertentangan dengannya adalah kehancuran hidup
umat manusia sendiri. Itu dikarenakan kekotoran batin: segala pikiran jahat
(percabulan, keserakahan, kesombongan, kebebalan, ...)!
Selamat
merenung!
By Slamet Harnoto
0 Response to "Dialog Dengan Adat Istiadat"
Posting Komentar
Mohon berkomentar secara bijaksana, bersudut pandang positif dan menyertakan identitas di akhir komentar (walaupun fasilitas komentar tanpa nama). Satu lagi mohon tidak meninggalkan komentar spam !
Terima Kasih | Tim KOMSOS St. Albertus Agung Kota Harapan Indah