Menjadi Pribadi Bijak
Minggu, 19 Agustus 2018
Add Comment
Renungan 19 Agustus 2018 HARI MINGGU BIASA XX
“Barangsiapa makan dagingKu dan minum darahKu,ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam Dia” (Yoh 6:56)
Menjadi Pribadi Bijak
Kerohanian Penginjil Yohanes menampakkan ciri khasnya dalam frase “tinggal di dalam”. Frase tersebut dalam keseluruhan Injil Yohanes menunjuk pada kebersamaan (kesatuan) hidup bersama dengan Yesus. Maka, kata “makan” dan “minum” dalam teks yang dibacakan dalam Minggu Biasa XXB ini tidak dalam artian harafiah. “Makan” dan “minum” tetaplah mengungkapkan kerelaan untuk hidup bersama dengan Yesus. Gambaran mistik Perjanjian Lama, terutama Kitab Kidung Agung, tentang hubungan Allah dan manusia tetap kentara dalam Injil Yohanes. Gambaran hubungan Allah dan manusia terungkap dalam hubungan sepasang kekasih yang “menyatu” satu sama lain. Sepasang kekasih saling mengenal, memahami, dan menerima.
Merujuk pada Kitab Amsal, Allahlah Sang Kebijaksanaan. Dialah yang menyediakan hidangan bagi seluruh umat manusia yang diundang hadir dalam perjamuanNya. Dengan menyantap hidangan dan minum yang disediakan oleh Allah, kebijaksanaan merasuk ke dalam hidup umat manusia. Allah menyediakan kebijaksanaanNya dan menganugerahkannya bagi umat manusia (bdk. Am 9:1-6).
Maka, tak terperikan kiranya anugerah kebersamaan dengan Allah: menjadi pribadi bijak. Pribadi yang bijak senantiasa berusaha untuk “mengerti kehendak Tuhan” (Ef 5:17). Pribadi yang bijak mengambil jarak terhadap hawa nafsu, dan senantiasa terbuka akan bimbingan Roh. Pribadi bijak senantiasa dipenuhi Roh yang membawa senantiasa rasa syukur dalam hidup nyata (bdk. Ef 5:18-19).
By Slamet Harnoto
0 Response to "Menjadi Pribadi Bijak "
Posting Komentar
Mohon berkomentar secara bijaksana, bersudut pandang positif dan menyertakan identitas di akhir komentar (walaupun fasilitas komentar tanpa nama). Satu lagi mohon tidak meninggalkan komentar spam !
Terima Kasih | Tim KOMSOS St. Albertus Agung Kota Harapan Indah