Memaafkan Yang Menyembuhkan

Renungan HARI MINGGU BIASA XXIV 17 September 2017 

Yesus bersabda, “Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali,

melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali " (Mat 18:22)

Memaafkan Yang Menyembuhkan

Peristiwa demi peristiwa terekam dalam benak hidup pribadi. Rekaman-rekaman berbagai peristiwa dalam perjalanan hidup tersimpan meskipun sudah delapan puluhan tahun. Rekaman-rekaman peristiwa baik yang menyenangkan ataupun menyakitkan. Rekaman-rekaman yang baik membuahkan energi positif bagi pribadi. Sebaliknya, akan menggerogoti hidup jiwa seumur hidup apabila tersimpan rekaman-rekaman peristiwa negatif.

Pewartaan Matius minggu sangat menarik untuk diperhatikan: mengampuni tanpa batas. Pengampunan ini diberi gambaran seorang raja yang mengampuni para hambanya. Pengampunan itu ternyata menghidupkan kembali para hamba. Raja adalah Allah. Allah mengampuni umat manusia tanpa batas. Pengampunan Allah itu menghidupkan kembali umat manusia.

Dalam hidup pribadi sebenarnya kita ditantang untuk mengolah rekaman-rekaman peristiwa negatif dengan sesama. Sering kali seorang pribadi mengalami penderitaan batin karena masih melekat rasa sakit hati karena telah disalahi oleh orang lain, sementara orang tersebut sudah membebaskan diri dari perbuatan salah yang telah diperbuatnya, entah dengan menerima hukuman atau denda. Demi kedamaian hidup pribadi seharusnya rekaman peristiwa negatif dihapuskan atau memeroleh makna daripadanya. Pelepasan dalam batin pribadi ini menunjukkan bahwa diri pribadi berdamai dengan dirinya sendiri. Bukankah dengan memaafkan diri sendiri, seseorang memeroleh kesembuhan batin? Kedamaian batin diperoleh tatkala pribadi mampu berdamai dengan rekaman peristiwa negatif.

Share this post