Minggu Biasa VI
Minggu, 12 Februari 2017
Add Comment
"Renungan 12 Februari 2017 "Minggu Biasa VI"
"Aku berkata kepadamu:
Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini,
satu iota atau satu titik pun tidak
akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi" [Mat 5:18]
Kepenuhan
dan Kesempurnaan
Kehadiran orang lain dalam latihan
koor persiapan Natal sungguh sangat berarti bagiku. Mereka tidak sekadar
meringankan bebanku, tetapi sekaligus mengingatkan dan menyempurnakan
latihan-latihan koor yang selama ini berlatih bersamaku. Aku merasakan
penampilan koor pada perayaan ekaristi Natal tahun lalu sungguh berbeda
dibandingkan dua tahun yang lalu, berkat kehadiran mereka.
Meski demikian, ada saja orang yang
berpikir berbeda. Kehadiran mereka dipandang sebagai ketidakmandirian. “Sendiri
juga bisa, kenapa harus menghadirkan orang lain”, kata mereka. Ya ... meskipun
mereka ikhlas dalam membantu, tetapi ada saja yang tidak menyukai kehadiran
mereka.
Demikian pun dengan kehadiran Kristus.
Tidak sedikit orang yang berpikir bahwa Kristus hadir untuk meniadakan Hukum
Taurat. Kristus hadir bukan untuk meniadakan Hukum Taurat. Kristus hadir untuk
memenuhi dan menyempurnakan Hukum Taurat. Dalam pewartaan Matius ditunjukkan
bagaimana sepuluh perintah Allah harus dimengerti sungguh. Orang diajak untuk
memerhatikan ruang batinnya. Perintah atau larangan “Jangan berzinah” tidak
semata-mata perbuatan. Orang diajak untuk memerhatikan bahwa ada keinginan yang
kuat di dalam batin untuk memiliki orang lain. Maka, penting diperhatikan
kebersihan atau kejernihan batin di dalam menjalani hidup ini. Sebuah perbuatan
haruslah dicermati keberadaan keinginan dan gambaran dalam pikiran dan batin
seseorang.
Dalam kehidupan konkret para murid
Tuhan, keinginan-keinginan dan gambaran-gambaran dalam pikiran dan batin
haruslah diperhatikan. Para murid Tuhan ditantang untuk mengejar kesempurnaan,
bukan semata-mata memenuhi keinginan-keinginan dan gambaran-gambaran dalam
pikiran dan batin yang sering kali berbeda atau bahkan bertentangan dengan
terang ilahi. Para murid Tuhan, sebagai contoh, haruslah mau dan mampu
membedakan antara hawa nafsu dan kasih yang dianugerahkan Tuhan kepadanya.
Hidup bersama dalam perkawinan haruslah semakin menyempurnakan kasih sayang
antar-pribadi, bukan mengobjekkan salah seorang karena dikuasai hawa nafsu.
Bukankah demikian?
0 Response to "Minggu Biasa VI"
Posting Komentar
Mohon berkomentar secara bijaksana, bersudut pandang positif dan menyertakan identitas di akhir komentar (walaupun fasilitas komentar tanpa nama). Satu lagi mohon tidak meninggalkan komentar spam !
Terima Kasih | Tim KOMSOS St. Albertus Agung Kota Harapan Indah