Kiamat ... Siapa takut?
Minggu, 15 November 2015
Add Comment
Renungan 15 November 2015 Hari Minggu Biasa XXXIII
"Tentang hari atau saat itu tidak seorangpun yang tahu,
malaikat-malaikat di sorga tidak, dan Anakpun tidak,
hanya Bapa saja" (Mrk 13:32)
Kiamat ... Siapa takut?
Pemberitaan tentang kiamat tentunya tidak asing di telinga kita. Semuanya menunjuk pada suatu tanggal yang pasti. Namun semuanya tidak menunjukkan kebenaran dari pemberitaan karena tanda-tandanya berbeda dari gambaran kiamat (baik khusus maupun pada umumnya).
Layak direnungkan adalah pewartaan Markus terkait tidak ada yang tahu kapan kiamat akan terjadi. Perspektif astronomis pun, dengan memerhitungkan masa hidup benda-benda langit, tidak dapat memastikan apakah, bagaimanakah, dan kapankah "kiamat" itu? Tidak ada yang tahu, "Anak pun tidak" (Mrk 13:32). Kiamat menampakkan diri sebagai Sang Maha-Maha, yang sungguh mencengkeram benak (sebagian) umat manusia). Tanda-tandanya begitu spektakuler-luar biasa. Benarkah demikian?
Dengan jalan pemikiran sederhana, tampaknya kiamat merupakan akumulasi dari fenomena biasa hidup manusia. Sesuatu yang ada tentu ada awal mulanya. Apakah yang ada itu tetap ada? Jawaban kita adalah bahwa secara inderawi yang ada itu pasti berakhir atau berubah menjadi substansi lain. Ada awal - ada akhir. Diandaikan kebenarannya bahwa alam semesta ini memiliki awal mula. Adakah alam semesta (akan) berakhir? Ataukah berubah menjadi "alam semesta" yang berbeda sama sekali?
Pewartaan alkitabiah menunjukkan keberadaan "alam semesta" yang baru (bdk. Yerusalem baru-Why 21). Keberadaannya sudah tertanam di dalam kehidupan "alam semesta" lama sebagai sebuah ide atau kerinduan ataupun keniscayaan yang melekat. Hal ini membuat kebaruan dapat dikenali.
Kebaruan alkitabiah memuat keindahan: lebih indah atau luar biasa indah (bdk. Why 21:3 - 4). Kebaruan itu merupakan pembaruan dan sekaligus pemenuhan kerinduan dasariah alam ciptaan (bdk. Why 21:5). Menilik fenomena lumrah dan pewartaan alkitabiah sikap dasar terhadap kiamat bukanlah ketakutan, tapi justru kepasrahan kepada kehendak ilahi yang mau membarui segala sesuatu. Sukacita akan karya ilahi itu seharusnya mengembang di sanubari setiap insan. Kiamat akan datang ... Siapa takut?
By Slamet Harnoto | Tim Komsos
0 Response to "Kiamat ... Siapa takut?"
Posting Komentar
Mohon berkomentar secara bijaksana, bersudut pandang positif dan menyertakan identitas di akhir komentar (walaupun fasilitas komentar tanpa nama). Satu lagi mohon tidak meninggalkan komentar spam !
Terima Kasih | Tim KOMSOS St. Albertus Agung Kota Harapan Indah