Kelas Kelas Sosial
Minggu, 08 November 2015
Add Comment
Renungan 8 November 2015 Hari
Minggu Biasa XXXII
"Hati-hatilah
terhadap ahli-ahli Taurat yang suka berjalan-jalan
memakai
jubah panjang ...
sesungguhnya
janda miskin ini memberi lebih banyak
daripada
semua orang yang memasukkan uang
ke dalam
peti persembahan" (Mrk 12:38,
43)
Kelas-Kelas Sosial
Pernahkah Anda mencermati
pewartaan Mrk 12:38-44, selain tentang ahli Taurat dan janda miskin? Bagaimana
hubungan (sosial) antara keduanya?
- Kisah ahli Taurat dan janda miskin menunjukkan kelas-kelas sosial dalam masyarakat ahudi pada waktu itu.
- Ada konflik antar-kelas di dalam masyarakat Yahudi pada waktu itu.
- Keberpihakan Yesus pada janda miskin
Meskipun makin lama makin
kabur, masih nampak keberadaan kelas-kelas sosial itu. Penampakannya tidak
dibatasi oleh area tertentu, tapi memancar dari omongan dan gelagat
individu-individu dalam interaksi sosial. Pembeda atau pembatas kelas-kelas
sosial masih didominasi oleh tingkat ekonomi. Hal tersebut berbeda dengan
masyarakat pra-modern. Sebagai contoh adalah masyarakat Yahudi pada waktu Yesus
berkarya di Palestina. Warna religius begitu tampak secara fisik untuk
menunjukkan kelas sosial seorang individu. Seorang ahli Taurat mengenakan jubah
panjang dan duduk di tempat terdepan di rumah ibadat dan dalam perjamuan.
Bagaimana dengan si janda miskin? Tentu sangat kontras dengan penampilan para
ahli Taurat.
Meskipun masyarakat modern
ditandai dengan rasionalitas, namun gambaran "ada gula ada semut"
masih nampak begitu nyata. Individu atau kelompok individu tertentu dengan
tingkat ekonomi tinggi tentu menjadi "gula" bagi individu atau
kelompok invidu lain. Rasanya tidak tepat bila di masa sekarang konflik
antar-kelas itu terjadi. Yang terjadi adalah "rebutan" atau
"sikut-sikutan", siapa yang kuat dialah yang menang (dan tentu
mendapat "gula" - dalam jumlah besar). Kebijakan/keputusan politis
biasanya menentukan dalam upaya menghindari ekses negatif ketidakmerataan
pembagian gula.
Mencermati hal demikian, tampaknya
penting untuk mendalami masalah keberpihakan. Keberpihakan menunjuk pada segala
daya upaya pemerataan "gula". Dalam kapasitasnya masing-masing tentu
saja setiap individu (seharusnya) dipenuhi hak-hak dasariahnya. Dengan
demikian, keberpihakan bukanlah suatu pemicu atau pelanggengan konflik sosial.
By Slamet Harnoto | Tim Komsos
By Slamet Harnoto | Tim Komsos
0 Response to "Kelas Kelas Sosial"
Posting Komentar
Mohon berkomentar secara bijaksana, bersudut pandang positif dan menyertakan identitas di akhir komentar (walaupun fasilitas komentar tanpa nama). Satu lagi mohon tidak meninggalkan komentar spam !
Terima Kasih | Tim KOMSOS St. Albertus Agung Kota Harapan Indah