“Yesus Tidak Tuli”
Minggu, 25 Oktober 2015
Add Comment
25
Oktober 2015 Hari
Minggu Biasa XXX
“Ketika
didengarnya, bahwa itu adalah Yesus orang Nazaret, mulailah ia berseru,
‘Yesus,
Anak Daud, kasihanilah aku!’” (Mk 10:47)
Tidak
jarang pesawat televisi menampilkan gambar tentang kunjungan tamu Negara
ataupun pejabat di negeri ini. Tampak para pengawal di sekitar tamu
Negara/pejabat. Tidak jarang ada barisan anak-anak dan kelompok music yang
menyambut kedatangan mereka. Tidak jarang pula para pejabat disambut dengan
perbaikan dan kebersihan jalan-jalan yang dilewatinya. Hiasan (terutama
umbul-umbul) ada yang di pinggir jalan yang dilewatinya. Senyum manis dan
kata-kata pujian tak lupa dilontarkan.
Pertanyaan
menarik, “Apakah tamu Negara atau pejabat tersebut memerhatikan mereka yang
menyambut mereka: anak-anak dengan bendera, yang membersihkan dan menghias
jalan, dsb?” Tak jarang, bahkan tidak sama sekali, mereka diperhatikan.
Kerumunan orang banyak menutupi pandangan tamu Negara. Kerumunan itu melesapkan
melodi penyambutan. Demikian pula dengan para pejabat pemerintahan kita
sendiri.
Tatkala
Yesus mulai tenar di wilayah Palestina, kerumunan massa senantiasa mengikuti
Dia. Tak pelak lagi, sebagaimana dikisahkan para penginjil, tak sedikit orang
yang sungguh membutuhkan uluran kasih Yesus, seperti orang buta itu, hamper
tidak tertolong. Kerumunan massa melesapkan teriakan orang buta yang meminta
tolong.
Namun
Yesus tidaklah tuli. Meskipun kerumunan massa menenggelamkan dirinya, seruan
minta tolong orang buta itu tetap terdengar. Terjadilah perjumpaan antara
keteguhan iman orang buta itu dengan belaskasihan Yesus. Orang buta itu pada
akhirnya mampu melihat betapa indah dan agung karya ciptaan Allah.
Dalam
kehidupan konkret umat beriman sering dibutakan mata hati dan budinya akan
realitas ilahi yang begitu indah dan agung dalam hidupnya. “Kerumunan massa”
menghalangi perjumpaan antara keinginan/kehendak batin dan belaskasih Allah. Di
dalam pikiran bergemuruh pemikiran-pemikiran yang mengaburkan suara batin
pribadi dan belaskasihan Allah.
Perjalanan
hidup terasa atau menyenangkan atau begitu berat sering kali berakar
pada pikiran sendiri. Pemikiran-pemikiran negative tanpa diimbangi dengan
pemikiran positif membawa ketidakseimbangan dalam menangkap realita hidup
membuat perjalanan hidup terasa berat. Konsekuensinya banyak yang sudah tahu:
mengena pada fisik (penyakit).
Meski
bergemuruh pikiran, yakinlah bahwa Yesus memiliki pendengaran sempurna. Ia
senantiasa mendengarkan seruan terdalam batin umat beriman dan segera bertindak
gemuruhnya pemikiran akan segera tersingkir, digantikan oleh suara lembut Yesus
yang menunjukkan realitas hidup yang sungguh indah.
By Slamet Harnoto
0 Response to " “Yesus Tidak Tuli” "
Posting Komentar
Mohon berkomentar secara bijaksana, bersudut pandang positif dan menyertakan identitas di akhir komentar (walaupun fasilitas komentar tanpa nama). Satu lagi mohon tidak meninggalkan komentar spam !
Terima Kasih | Tim KOMSOS St. Albertus Agung Kota Harapan Indah