“Komunitas Alternatif”
Minggu, 18 Oktober 2015
Add Comment
18 Oktober 2015 Hari Minggu
Biasa XXIX
“Tidaklah demikian di antara kamu.
Barangsiapa ingin menjadi besar di
antara kamu,
hendaklah ia menjadi pelayanmu” (Mk
10:43)
Adalah ritual tahunan saat perjalanan mudik menjelang lebaran
jalanan “macet”. Jalur utama dari Jakarta ke kota-kota lain padat dengan
kendaraan. Ritual tahunan ini biasa dihadapi dengan pengaturan arus lalu lintas
baik di jalan utama ataupun jalur alternative. Tentu saja semua pengaturan itu
diarahkan pada kelancaran perjalanan.
Sejak jaman Yesus, kekuasaan mudah tergelincir pada jalan
tangan besi. Para penguasa menjalankan pemerintahan dengan keras. Struktur
pemerintahan yang merupakan jalur utama kekuasaan yang diabdikan pada
pemerataan kesejahteraan biasa menemui jalan buntu: “macet”. Jalur utama
kekuasaan tergelincir pada jurang yang semakin menjauh dari esensi kekuasaan
itu sendiri: “pelayanan” (cf. Mk 10:42-44).
Penting kiranya direfleksikan komunitas alternative tatkala
jalur utama kekuasaan “macet” atau “menemui jalan buntu”. Meski sempit, jalur
altenatif ini mampu memberikan kelegaan dan kelancaran perjalanan masyarakat
mencapai tujuannya. Namun demikian, itu tidaklah berarti jalur utama
ditinggalkan. Struktur kekuasaan sebagai jalur utama haruslah dipikirkan
kembali dan ditata ulang agar sungguh memberikan kelancaran perjalanan
masyarakat.
Pemikiran-pemikiran akan kelancaran jalur utama butuh
komunitas-komunitas alternative yang membuka peluang seluas mungkin akan
perubahan. Komunitas alternative ini memberikan ruang bagi berbagai pemikiran
yang sering kali bertentangan dengan jalur (pemikiran) utama. Di dalam
komunitas alternative orang saling melayani: mendengarkan dan mengolah serta
berbagi pemikiran.
Adakah komunitas murid-murid Tuhan merupakan komunitas
alternative? Ataukah sebenarnya sama saja dan representasi dari jalur utama
kekuasaan?
Apa yang digariskan oleh Yesus sangat menarik perhatian.
“Barangsiapa ingin menjadi besar dan terkemuka di antara kamu, hendaklah ia
menjadi hamba untuk semuanya” (cf. Mk 10:43-44). Seorang hamba tentunya
melayani keinginan tuan dan nyonyanya. Dengan lain kata, seorang hamba melayani
kesejahteraan tuan dan nyonyanya. Seorang pemegang kekuasaan yang menjalankan
kekuasaan tentulah berorientasi pada pelayanan terhadap yang dikuasainya.
Pemegang kekuasaan melayani kesejahteraan yang dikuasainya, bukan sebaliknya
memikirkan kesejahteraan diri sendiri, keluarga, dan sanak kerabatnya.
By Slamet Harnoto
0 Response to "“Komunitas Alternatif” "
Posting Komentar
Mohon berkomentar secara bijaksana, bersudut pandang positif dan menyertakan identitas di akhir komentar (walaupun fasilitas komentar tanpa nama). Satu lagi mohon tidak meninggalkan komentar spam !
Terima Kasih | Tim KOMSOS St. Albertus Agung Kota Harapan Indah