“Dana Papa”
Minggu, 11 Oktober 2015
Add Comment
11 Oktober 2015 Hari
Minggu Biasa XXVIII
Sabda Yesus, "Aku berkata
kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang karena Aku
dan karena Injil meninggalkan
rumahnya, saudaranya laki-laki atau saudaranya perempuan, ibunya atau bapanya,
anak-anaknya atau ladangnya, orang itu sekarang pada masa ini juga
akan menerima kembali seratus
kali lipat: rumah, saudara laki-laki, saudara perempuan, ibu, anak dan ladang,
sekalipun disertai berbagai penganiayaan, dan pada zaman yang akan datang ia
akan menerima hidup yang kekal” (Mk 10:29-30)
Pertanyaan menarik diajukan oleh seorang kaya: “Guru yang
baik, apa yang harus kuperbuat untuk memeroleh hidup yang kekal?” (Mk 10:17).
Ada tiga hal yang menarik untuk diperhatikan dari jawaban Yesus:
- a Jalankan Dekalog (Mk 10:19)
- b Menjual harta milik dan membagikannya kepada orang miskin (Mk 10:21)
- c Ikutilah Aku (Mk 10:21)
Dalam dialog tersebut, jawaban Yesus yang pertama ditanggapi
demikian: “Guru, semuanya itu telah kuturuti sejak masa mudaku” (Mk 10:20).
Jawaban Yesus kedua diberi penjelasan lebih lanjut: “… orang itu sekarang akan
menerima kembali seratus kali lipat … “ (Mk 10:29-30). Apakah penjelasan ini suatu
retorika Yesus dalam meyakinkan orang tersebut (semacam rekruitmen) ? Ataukah sebenarnya memuat inspirasi yang
sungguh harus didalami?
Bukanlah hal baru bahwa harta pribadi bersifat social. Namun,
adalah hal baru apabila dikatakan bahwa harta kekayaan pribadi sekaligus
merupakan harta kekayaan orang miskin. Jawaban Yesus agar menjual harta milik
dan membagikannya kepada orang miskin akan selaras tentunya bila dipahami
seperti itu. Harta kekayaan yang diperoleh dari kerja keras tidak hanya milikku
dan keluargaku (isteri dan anak-anakku) tetapi juga milik orang miskin (selain
diriku dan sanak keluargaku). Yang perlu direfleksikan adalah pengelolaan yang
tepat bagi orang miskin agar harta kekayaan sungguh menjadi seratus kali lipat.
Bagaimana dengan cara-cara berikut ini?
1 Penyuluhan
Penyuluhan tentu saja membutuhkan
dana. Dari mana diperoleh? Penyuluhan bertujuan meningkatkan kesadaran “orang
miskin”. Kesadaran itu bisa berarti kesadaran akan arti penting kesehatan,
pendidikan anak-anak, dan solidaritas dengan sesama.
2.
Pendidikan
Pendidikan telah berhasil membongkar
keterbelakangan masyarakat. Tidak hanya melek huruf, tapi kesejahteraan pun
meningkat berkat pendidikan. Harta kekayaan yang dimiliki dapat diinvestasikan
pada program penyuluhan dan pendidikan bagi “orang miskin”
3.
Penyediaan/penciptaan lapangan kerja
Dengan didukung oleh pendidikan, baik
formal maupun informal, orang miskin pun mampu menciptakan lapangan kerja
sendiri. Mereka mampu atau dimampukan untuk berproduksi. Lebih dari itu, harta
kekayaan yang dimiliki dapat dimanfaatkan untuk penyediaan ataupun penciptaan
lapangan kerja
4.
Penciptaan pasar
Banyak orang miskin mampu
berproduksi, tetapi penghasilannya pas-pasan, bahkan minus jika memerhitungkan
isteri, anak-anak, dan anggota keluarga lainnya yang menjadi tanggungannya.
Penciptaan pasar bagi produk-produk dari orang miskin tidak sekadar akan memicu
dan memacu peningkatan produktivitas, tetapi sekaligus juga kesejahteraan
(penghasilan) pun meningkat.
5.
Policy/kebijakan
public
Kebijakan pemerintah menentukan
distribusi harta, jasa, dan kesempatan. Sudah selayaknya bila kebijakan public
berorientasi pada orang miskin, terutama pada perlindungan dan pembukaan
berbagai peluang bagi orang miskin untuk terlibat dan bersaing di dalam
peredaran barang dan jasa.
Kelima cara tersebut tentunya merupakan tawaran permenungan
bagi setiap umat beriman. Tentu saja masih ada langkah-langkah strategis yang
mampu meningkatkan pengelolaan harta pribadi dan orang miskin. Yang pasti,
yakinkah Anda bahwa dengan menjual harta milik pribadi dan membagikannya pada
orang miskin akan membuahkan hasil 100 X lipat?
“Mengikuti Yesus” menunjuk pada hal konkret “jalan-jalan
bersama Yesus”. Kita mengikuti ke mana pun Yesus pergi. Kita ikut bekerja
sebagaimana Yesus bekerja. Tapi apakah kita ikut menderita dan disalibkan
tatkala Yesus menderita dan disalibkan? Apakah kita lari meninggalkan Sang Guru
sendirian menanggung penderitaan dan kematian?
Mendalami dan menjalani gagasan akan harta orang miskin
rasanya harus bersiap-siap berhadapan tidak hanya pada tataran pemikiran akan
penderitaan tetapi sungguh pada tataran riil. Banyak kesulitan akan dihadapi: policy public, berbagai pertentangan
social, dan dari kaum miskin sendiri. Tidak sedikit orang yang tidak tahan
menjalaninya (termasuk penulis?!), dan cenderung atau bahkan lari dari berbagai
kesulitan yang ada. Tidaklah mudah mengikuti Yesus karena harus berhadapan
dengan berbagai “kekuatan” yang siap memberikan penderitaan dan kematian.
Adakah yang menemani Yesus dalam penderitaan, salib, dan kematianNya?
By Slamet Harnoto
0 Response to " “Dana Papa”"
Posting Komentar
Mohon berkomentar secara bijaksana, bersudut pandang positif dan menyertakan identitas di akhir komentar (walaupun fasilitas komentar tanpa nama). Satu lagi mohon tidak meninggalkan komentar spam !
Terima Kasih | Tim KOMSOS St. Albertus Agung Kota Harapan Indah