Yesus dan Kemuridan
Minggu, 13 September 2015
Add Comment
Minggu, 13
September 2015
HARI MINGGU BIASA XXIV
“Yesus
dan Kemuridan” (Mk 8:34)
“Siapakah Yesus menurutmu?”, tanya seorang guru
kepada para siswa. Para siswa kelas VII berebut untuk menjawab. Ada yang
menyatakan Allah (Putera); ada yang menyatakan Mesias; ada pula yang mengatakan
“Juru Selamat”; dsb.
Tidak hanya para siswa yang masih belajar yang
menerima pertanyaan seperti itu. Umat beriman sebagaimana para murid juga
menerima pertanyaan yang sama: “Siapakah Yesus menurutmu?” Pertanyaan ini
menekankan pengenalan pribadi terhadap Yesus, bukan semata menurut Romo ataupun
guru agama. Sejauh pengenalanmu, “Siapakah Yesus?”
Orang yang mengenal Yesus tentu mengenali
kehendakNya. Yesus menghendaki, “setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus
menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku” (Mk 8:34). Menyangkal
diri dan memikul salib merupakan syarat untuk mengikut Yesus.
Pergulatan hidup harian menunjukkan penyangkalan
diri. Umat beriman harus berhadapan dengan tantangan hidup sehari-hari:
kemalasan dan mementingkan diri sendiri. Umat beriman sebenarnya tahu bahwa
mengikuti tatanan nilai sungguh membuat hidup ini terasa indah. Saya rajin
bekerja bukan semata demi diriku sendiri tapi bagi keluargaku. Oleh karena itu,
saya bangun pagi, berusaha menghadapi kemacetan di jalan, dan tidak peduli
dengan kemalasan orang lain. Saya tahu itu baik. Namun demikian, tatkala hawa
kemalasan menyeruak masuk menyelimuti diri dan terasa begitu menyenangkan,
apalagi melihat orang lain berbuat sama, apakah kita akan melawan dan mampu
melawannya?
Mengikuti kemalasan dan ‘menyangkal’-nya sama-sama
memiliki konsekuensi. Manakah konsekuensi negatif terbesar dari keduanya? Ya …
konsekuensi negatif kemalasan (jauh) lebih besar daripada menyangkalnya. Sering
butuh energi ekstra melawan kemalasan. Namun itu perlu dilakukan tatkala kehendak
atau niat kita melemah, tatkala kita hanya mementingkan diri sendiri dan
mengesampingkan orang-orang yang menjadi tanggung jawab kita.
Salib-salib (kecil) hidup sehari-hari harus kita
pikul. Sebagai murid Tuhan, memikul salib bukan sekadar konsekuensi mengikuti
Tuhan. Memikul salib suatu pilihan dasar hidup seorang murid Tuhan, tentu saja
dalam kebebasan atau kemerdekaan anak-anak Allah. Karena sudah memilih, kita
meninggalkan yang lain: meletakkan salib, dan berkomitmen di dalam pilihan yang
telah dijatuhkan.
By Slamet Harnoto
0 Response to "Yesus dan Kemuridan"
Posting Komentar
Mohon berkomentar secara bijaksana, bersudut pandang positif dan menyertakan identitas di akhir komentar (walaupun fasilitas komentar tanpa nama). Satu lagi mohon tidak meninggalkan komentar spam !
Terima Kasih | Tim KOMSOS St. Albertus Agung Kota Harapan Indah