Melayani dengan Tulus
Rabu, 11 Februari 2015
Add Comment
Waktu ditanya, “Sudahkah kamu melayani?” Ada yang dengan
bangga menjawab “Sudah! Saya ikut dalam berbagai kegiatan sosial dan
organisasi-organisasi di tempat saya berada, di kampus, di gereja, di rumah
juga, ikut kegiatan tanggap banjir di RT/RW”. Sementara itu teman-teman lain
yang belum aktif menjawab “Belum”. Belum bisa, belum terpanggil, belum sempat,
belum mau, dan berbagai macam belum-belum lainnya muncul sebagai alasan.
Sebenarnya, apakah mereka yang ikut dalam berbagai kegiatan dan aksi sosial
sudah benar-benar melayani? Dan apakah mereka yang bilang belum terpanggil
benar-benar tidak pernah tergerak hatinya untuk melayani?
Tahun ini Jessica terpilih menjadi ketua organisasi di
kampusnya. Berbagai kegiatan telah direncanakan dalam program kerja, mulai dari
pelatihan, kegiatan edukasi, sampai kunjungan sosial untuk membantu mereka yang
kurang mampu. Visi-misinya adalah untuk mengembangkan organisasi agar mampu
membawa nama baik universitas dan membangun suatu organisasi yang solid dalam
bekerjasama, juga membantu sesama mahasiswa untuk mencapai prestasi. Tapi
seiring berjalannya waktu, ada tantangan yang harus ia hadapi. Ketika itu
terjadi perdebatan karena perbedaan tujuan dan pandangan Jessica mengenai suatu
hal dengan teman sesama anggota di organisasi, tapi ia merasa memiliki hak
untuk menentukan keputusan sesuai kehendaknya. Tanpa mempertimbangkan lebih
lanjut pendapat temannya, Jessica membuat keputusannya sendiri.
Benarkah Jessica sudah sungguh melayani??
Sikap Jessica dalam menghadapi perbedaan pendapat yang tidak
bisa ia terima menandakan bahwa ia belum melayani dengan hati. Jessica sungguh
sudah memiliki niat untuk melayani, tapi hanya sekedar melayani. Ketika ada
orang lain yang menghalanginya untuk menjalankan ide-ide dan tujuannya dalam
organisasi, ia pun merasa dihambat dan akhirnya mengeluhkan keadaan itu.
Apa yang selama ini sudah kita jalani? Teman-teman yang ikut
bergabung dalam organisasi (KMK, BEMF, OMK, Karang Taruna, dsb), apakah sudah
melayani dengan hati yang tulus?? Ketika ada perbedaan pola pikir, bagaimana
kita menghadapinya?? Berusaha menyamakan tujuan meski dengan cara yang berbeda,
atau menghindar dari ketidaksamaan itu??
Kita sebagai Orang Muda Katolik diajarkan “Bekerja Untuk Tuhan”, BUKAN HANYA “Bekerja
di Ladang Tuhan”. Ketika kita bekerja di ladang Tuhan hanya dengan niat
melayani, tanpa belajar untuk memahami perbedaan yang pasti akan selalu ada dan
menantang hati nurani, kita sesungguhnya belum sungguh bekerja untuk Tuhan. Rasul
Paulus mengatakan, “Hendaklah kamu sehati sepikir dalam hidupmu bersama;
janganlah kamu memikirkan perkara-perkara yang tinggi, tetapi arahkanlah dirimu
kepada perkara-perkara yang sederhana. Janganlah menganggap dirimu pandai!” (Rm
12 : 16).
Ketika kita mulai mengarahkan pelayanan kita dengan tujuan
yang baik, yaitu untuk kemuliaan Tuhan dan bukan hanya untuk kebanggan diri
sendiri, Tuhan pun akan memberikan kesempatan yang lebih baik untuk kita
mengembangkan diri. Jabatan dan kemampuan (talenta) lebih yang Tuhan berikan adalah
kesempatan baik bagi kita untuk mengasah diri dan hati nurani kita, bukan untuk
kebanggaan diri semata. Kita bisa mencontoh padi yang semakin berisi dan
semakin merunduk, supaya tetap rendah hati dalam setiap pelayanan yang kita
lakukan. Karena kita berhasil atas kehendak Tuhan, bukan atas kehendak kita
sendiri. Kita bekerja untuk memuliakan Tuhan, bukan untuk memuaskan kepentingan
manusia semata.
Semoga menginspirasi! Tetap Semangat Melayani dengan Tulus
yaa J Tuhan Memberkati.Yoana Yesinatali
0 Response to "Melayani dengan Tulus"
Posting Komentar
Mohon berkomentar secara bijaksana, bersudut pandang positif dan menyertakan identitas di akhir komentar (walaupun fasilitas komentar tanpa nama). Satu lagi mohon tidak meninggalkan komentar spam !
Terima Kasih | Tim KOMSOS St. Albertus Agung Kota Harapan Indah