Ziarah Iman Umat Stasi Harapan Indah ke Tanah Suci
Jumat, 20 Desember 2013
Setelah selama dua tahun
menabung melalui Koperasi Tri Tinggal akhirnya berangkatlah sejumlah
umat stasi Harapan Indah pada Minggu pagi pk 05.15 tgl 1 Desember 2013. Hujan lebat di pagi hari tidak menghalangi
semangat rombongan 41 peziarah termasuk Pastor Yonas sebagai pendamping, berangkat menggunakan satu bus Damri ke bandara Soekarno-Hata.
Perjalanan ziarah ini dikelola oleh agen perjalananTVD Journey dengan tour leader Bpk Theo Capriano. Ziarah selama 12 hari mencakup
kunjungan ke Mesir, Israel (Yerusalem, Betlehem dan Tiberias) dan Yordania.
Hari Pertama - 1 Desember 2013
Dari Jakarta ke Bangkok
transit/ bermalam di Hotel Metro Resort, Bangkok.
Hari ke-2
Dari Bangkok via Muscat
(Oman) tiba di Cairo malam hari. Agen perjalanan di Mesir, Intermed, menjemput
rombongan dan menghantar sampai ke penginapan di Mena House Oberai.
Hari ke-3: Mesir
City tour, dimulai
mengunjungi piramid giza dan sphink yang berada tidak
jauh dari lokasi hotel. Sembilan puluh persen penduduk Mesir adalah muslim,
sisanya beragama kristen (protestan dan katolik), koptik, ortodoks dan yahudi.
Kunjungan ke kawasan koptik mencakup Hanging Church
yang merupakan tempat ibadat penganut koptik, Abu Sirga Church dan Sinagoga. Tempat-tempat tersebut masih dipergunakan
untuk beribadat oleh umat koptik, katolik dan yahudi. sampai sekarang. Perihal
penyebutan katolik, koptik dan ortodoks Pastor Yonas menjelaskan bahwa
pengelompokan katolik hanya ada dua, yaitu katolik
yang mengikuti Ritus Roma (seperti yang kita anut) dan katolik dengan Ritus
Timur (koptik, ortodoks, rusia).
Gereja
Abu Sirga didirikan untuk menghormati tempat di mana Keluarga Kudus dari
Nazareth tinggal sekitar 3 tahun selama pengungsiannya di Mesir (Luk 2:13-15).
Karena itu gereja ini juga dikenal sebagai Gereja Keluarga Kudus. Kami berhenti
sejenak di gereja ini untuk berdoa.
Sore harinya kami mengunjungi
Simon Turner Church. Gereja ortodoks yang memiliki arsitek ampi-theater berada
di perbukitan cadas kapur dan memiliki diorama kisah perjanjian baru yang
cantik di dinding kubah alaminya. Karena lokasinya di kawasan Makatam, tidak
jauh dari lokasi pengolahan sampah maka kadang disebut sebagai "gereja sampah".
Hari ke-4: Mesir-Sinai
Pagi hari sesudah sarapan
pagi rombongan peziarah melanjutkan perjalanannya menuju St. Catherine (Sinai).
Sebelum meninggalkan Cairo kami singgah di kapel biara suster Francescane
Elisabetinne untuk merayakan ekaristi yang dipimpin oleh Pastor Yonas.
Perjalanan ke St. Catherine ditempuh lebih dari 12 jam melalui jalan darat
menyusuri gurun. Perjalanan menjadi lama karena beberapa kali harus berhenti
untuk pemeriksaan oleh aparat keamanan. Kami sempatkan singgah sebentar di Mara
selepas menyeberang terusan Suez untuk melihat sumur di lokasi di mana Nabi
Musa melemparkan tongkatnya untuk mengubah air yang pahit menjadi manis (Kel
15:23). Pk 22.00 kami tiba di Morgan Land Hotel yang ada di
kaki gunung Sinai. Setelah makan malam dan istirahat sejenak kami menyiapkan diri untuk pendakian.
Hari ke-5: Sinai-Israel
Pk 00.30 dalam gelap malam dan tiupan angin dingin
yang menusuk tulang kami berkumpul untuk napak tilas pendakian Nabi Musa di
Gunung Sinai sebelum menerima Sepuluh Perintah Allah (Kel 32:15, 34:1-5).
Perjalanan ditempuh dalam dua tahap. Tahap pertama dari kaki gunung mengendarai
unta sampai kurang lebih pertengahan gunung. Kegelapan malam, udara yang dingin
dan tidak adanya pengalaman naik unta mendaki lereng curam di bawah langit yang
cerah bertabur bintang merupakan pengalaman yang sangat berkesan. Setelah rehat
sebentar di drop point kami melanjutkan pendakian dengan berjalan kaki. Total
perjalanan sekitar dua setengah jam. Pk 04.30 kami turun dari gunung dengan berjalan kaki sambil menikmati
pemandangan lembah gunung Sinai ketika fajar mulai menyingsing.
Tiba di hotel kami tidak bisa
berlama-lama karena seusai membersihkan badan dan makan pagi langsung check out
untuk melanjutkan perjalanan menuju Israel. Pk 12.30 tiba di Taba Land Port, perbatasan Mesir-Israel. Kami mengucapkan
selamat tinggal kepada Wael, Maido dan Mark yang menjadi guide selama kunjungan
di Mesir.
Proses clearance di imigrasi
Israel cukup lama karena pemeriksaan yang sangat teliti. Setelah hampir satu
jam seluruh rombongan akhirnya dengan selamat masuk wilayah Israel. Agen
perjalanan yang baru, Thalib dari Eternity Travel, menyambut kami. Perjalanan
kami di Tanah Terjanji pun dimulailah. Kota pertama di wilayah Israel yang
dilewati adalah Eliat yang merupakan kota wisata pantai. Dalam perjalanan
menuju Yerusalem kami singgah di lokasi Sodom dan Gomorah dan lokasi yang diperkirakan tempat di mana istri Lot menjadi tiang garam (Kej 19:26). Perjalanan
hari kelima ini diakhiri dengan check in di hotel Mount David di kota Yerusalem
pk 19.30.
Hari ke-6: Yerusalem
Temperatur udara sejak dari
Mesir sampai Yerusalem sejuk di siang hari berkisar 20 derajat Celcius dan tentunya lebih
dingin di malam hari. Kelembaban udara lebih rendah dibandingkan di Indonesia karena
iklim subtropik, lebih kering sehingga badan tidak mudah berkeringat meskipun banyak
melakukan aktifitas. Namun di sisi lain membuat kami lebih sering buang air kecil. Ini cukup merepotkan karena rombongan
berjumlah besar sehingga makan waktu yang signifikan
untuk antri di toilet.
Perbedaan mencolok antara
Mesir dan Israel yang kasat mata adalah pada kebersihan lingkungan. Mesir,
cenderung berdebu karena memang berada tepat di pinggir gurun, lalu lintas
kendaraan yang semrawut dan lingkungan yang kumuh terutama di area kota lama.
Israel lebih bersih dan rapi. Meski ada beberapa bagian dari kota Yerusalem
yang juga kotor namun secara keseluruhan tidak ada sampah berceceran. Kendaraan
bermotor di Mesir dan Israel berjalan di lajur kanan. Hampir tidak ada sepeda
motor di Mesir dan Israel.
Sumber pendapatan negara
Israel berasal dari agrikultur, pariwisata dan teknologi informasi.
Yerusalem terbagi menjadi dua
wilayah: Yerusalem Timur yang berada di bawah otorita Palestina dan Yerusalem
Barat yang merupakan wilayah Israel. Betlehem ada di wilayah Yerusalem Timur.
Sedangkan Taman Getsemani, bukit Golgota dan makam Yesus berada di wilayah
Yerusalem Barat.
Tempat pertama yang kami kunjungi di Bethlehem adalah
Milk Grotto Church. Dilanjutkan ke lokasi kandang/ goa di mana
Yesus dilahirkan (Luk 2: 1-7) yang saat ini sudah didirikan kompleks gereja
(Grotto of Nativity). Di sini kami mengikuti perayaan
ekaristi di salah satu kapel yang ada. Di kapel St. Caterine ini Pastor Yonas
membawakan misa tridentin. Sesi pagi di Bethlehem sebelum break makan siang
diakhiri dengan kunjungan ke padang gembala, lokasi di mana para gembala menerima
kabar gembira kelahiran Sang Juru Selamat dari malaikat (Luk 2: 8-13). Di
tempat ini ada visualisasi kandang tempat Yesus dilahirkan.
Selepas makan siang kami
mulai mengunjungi tempat-tempat yang ada di wilayah Israel (Yerusalem Barat)
yaitu Gereja Bapa Kami/ Patre Nostre. Di gereja ini kami merenungkan injil
Matius 6: 5-15 dengan pendalaman dari Pastor. Selanjutnya ke bukit zaitun yang
tidak jauh dari Patre Nostre kami mengunjungi tempat di mana Yesus diangkat ke
surga yang saat ini merupakan kompleks masjid. Kemudian ke Dominus Flavit (Mat 23: 32-39), Taman Getsemani
(Mat 24: 36-46) yang berada dalam satu kawasan dan di mana umat ortodoks
mendirikan Gereja Maria Magdalena. Napak tilas di hari ke-6 diakhiri dengan
kunjungan ke Gereja Peter Callicantu atau kadang disebut Gereja Ayam karena di
tempat itu Petrus menyangkal sebanyak 3 kali sebelum ayam berkokok (Mat 26:
69-75). Gereja ini ada di lokasi di mana istana imam agung Kayafas (Yoh 18: 24)
berdiri dan tempat di mana Yesus ditahan. Saat itulah kami dapat lebih memahami
penderitaan Yesus.
Hari ke-7: Via Dolorosa
Mengawali renungan
penderitaan Yesus memanggul salib (Via Dolorosa) kami berkunjung ke gereja St.
Ana, tempat Bunda Maria dilahirkan dan kolam Bethesda, tempat Yesus
menyembuhkan orang yang lumpuh (Yoh 5: 1-9).
Perhentian I di lokasi di
mana Pontius Pilatus menjatuhkan hukuman mati. Perhentian (stasi) II sampai
dengan IX melalui jalan/ lorong yang saat ini dipenuhi dengan pedagang (pasar).
Perhentian X sampai XIV kami lakukan di halaman belakang kompleks makam Yesus
(Holy Sepulchre) karena stasi tsb saat ini
berada dalam bangunan/ gereja sehingga tidak memungkinkan untuk
dilakukan jalan salib.
Di dalam kompleks Holy
Sepulchre ini kami berdoa di lokasi tempat Yesus disalibkan, Bukit Golgota,
yang saat ini relatif rata, tempat jenasah Yesus dibersihkan, diurapi dan
dimakamkan. Kami beruntung karena dapat merayakan ekaristi di salah satu kapel
yang ada kompleks makam Yesus. Dalam homilinya Pastor menyampaikan bahwa setiap
orang memiliki dan memanggul salibnya masing-masing. Hendaknya kita meneladan
Yesus yang selalu bangkit saat terjatuh dan menyelesaikan tugasnya. Mengakhiri
sesi pagi kami mampir di Tembok Ratapan yang merupakan sepenggal dari tembok
bagian barat (western wall) Bait Allah umat Yahudi yang tersisa sampai saat
ini.
Sesi siang harinya kami
mengunjungi Bukit Pencobaan dan kota Yerikho (Mat 4: 1). Kota Yerikho adalah
kota tertua dan letaknya lebih rendah dari permukaan laut mati. Udaranya lebih
panas di bandingkan Yerusalem, bahkan sedemikian panasnya sehingga pada musim
panas ditinggalkan oleh sebagian besar penduduknya.
Sorenya kami kembali ke
Yerusalrm dan singgah di Domition Abbey di Bukit Zion tempat di mana Bunda
Maria diangkat ke surga atau juga dikenal sebagai tempat Bunda Maria tidur/
beristirahat. Ada dua tempat lain yang diyakini sebagai tempat di mana Bunda
Maria diangkat ke surga. Penganut ortodoks dan armenia meyakini tempat tersebut
ada di lembah Kidron. Dan ada pula yang meyakini tempat itu ada di Suriah/
Efesus karena dalam kitab suci dikatakan bahwa Maria mengikuti Petrus dan para
murid Yesus. Perjalanan sore hari ke-7
diakhiri dengan kunjungan ke makam Raja Daud. Tempat ini merupakan tempat
ibadat umat Yahudi. Karena kami tiba pada hari Sabtu sore maka kami dapat
melihat beberapa umat Yahudi yang sedang menjalankan ibadat penutup Sabat.
Malam kedua dan ketiga di
Yerusalem ini kami menginap di tempat yang sama, Mount David Hotel.
Hari ke-8: Ein Kareem & Nazareth
Pagi-pagi sekali kami check
out. Sesudah makan pagi, pk 0700 kami sudah melanjutkan perjalanan menuju ke
Nazareth. Dalam perjalanan kami singgah di Ein Kareem untuk mengunjungi gereja
yang didirikan di tempat di mana Maria mengunjungi Elizabeth (Luk 1: 39-45),
dan tempat tinggal musim dingin Sakaria.
Dalam pendalaman, Pastor menyampaikan penjelasan mengenai doa Salam
Maria yang alkitabiah sekaligus mengandung tradisi gereja Katolik sebagai
penghormatan kepada Bunda Maria sebagai bunda Yesus dan bukan merupakan
penyembahan.
Melanjutkan
peziarahan, kami menuju ke Gereja Stela Maris yang berada tidak jauh dari kota
Haifa. Haifa merupakan kota besar ketiga di Israel dan merupakan pelabuhan.
Haifa artinya "cantik" dan memang pemandangan pesisir dan taman
kotanya (Bahai Temple) sangat indah. Gereja Stela Maris terletak diperbukitan
karmel dan dikelola oleh biara karmelit. Di daerah inilah Nabi Elia mengalahkan
nabi palsu/ baal (1Raj 18:40, 19:1).
Kami tidak lama singgah di
gereja ini karena harus melanjutkan perjalanan ke Nazareth. Tempat pertama yang
kami kunjungi adalah Gereja Kabar Gembira yang didirikan di tempat/ rumah Bunda
Maria saat menerima Kabar Gembira dari malaikat Gabriel. Tidak jauh dari Gereja
Kabar Gembira terletak Gereja St. Yoseph yang didirikan di tempat/ rumah St.
Yoseph yang juga rumah Keluarga Kudus, tempat Yesus tinggal bersama kedua
orangtuanya sampai dengan usia 12 tahun.
Tempat terakhir yang kami
kunjungi di hari ke-8 adalah Gereja Kana. Di gereja ini kami merayakan misa
sekaligus peneguhan perkawinan 14 pasang suami-istri yang peserta ziarah. Dalam
homilinya Pastor menyampaikan mujizat pertama Yesus yang dilakukan dalam Pesta
Kana adalah mujizat keluarga. Karena itu penting bagi setiap pasangan untuk
selalu menghadirkan Yesus dalam keluarga sebagai sumber keselamatan.
Dari Nazareth kami
melanjutkan perjalanan ke penginapan The Club Tiberias yang berada di tepi
danau Galilea untuk istirahat.
Hari ke-9: Gunung Tabor & Tiberias
Terletak di sebelah selatan
danau Galilea dan berada pada ketinggian 550m di atas permukaan laut. Gunung
Tabor adalah tempat Yesus menampakkan kemulian-Nya, para murid-Nya melihat
wajah dan pakaian Yesus berkilau dan menyaksikan Yesus berbicara dengan Nabi
Musa dan Nabi Elia (Luk 9:28-36). Dan memang seperti Petrus dan teman-temannya
merasa sangat bahagia di tempat itu, kami pun merasa sangat bahagia bisa
berkunjung ke Gunung Tabor, meski perjalanan mendaki anak tangga cukup
meletihkan. Dalam homili saat perayaan ekaristi di Gereja di Gunung Tabor tersebut pastor
menyampaikan Gunung Tabor menjadi lambang kemuliaan dan kebahagiaan namum juga
menjadi tanda bahwa akan ada perjuangan yaitu sesudah Yesus turun dan
menggenapi karya keselamatan dengan penderitaan dan wafat di salib. Dengan
demikian kita untuk mengingat kembali “saat-saat di Gunung Tabor kita” sebagai
penyemangat kita dalam menjalani kehidupan dan menempuh saat-saat sulit.
Melanjutkan perjalanan kami, Yardenit adalah tujuan
berikutnya. Di lokasi yang merupakan tepian sungai Yordan ini kami melakukan
pembaharuan janji baptis. Dalam renungan kisah pembaptisan Yesus di sungai
Yordan oleh Yohanes, Pastor menjelaskan perbedaan baptis yang diterima oleh
para pengikut Yohanes saat itu adalah baptis pentobatan, sama seperti baptis
yang kita terima. Sedangkan baptis Yesus merupakan tanda awal penampilan dan
karya di hadapan umum dan menunjukkan identitas-Nya sebagai Anak Allah, sang
Mesias. Dalam perjalan di bus kami banyak diskusi dengan Pastor seputar
Sakramen Baptis (forma dan materi, baptis bersyarat dll).
Danau Galilea, atau juga
disebut Tiberias, atau Tabarih, atau Genesaret, merupakan sumber utama air
untuk Israel, Palestine dan Yordania. Danau yang membentang sepanjang 22km
lebar 8km ini berada di ketinggian 122m di atas permukaan laut. Sumber airnya
adalah dari air hujan yang turun saat musim dingin. Kami berhenti di dermaga
yang ada di kota Tiberias untuk naik perahu/ kapal dan berlayar di danau. Cuaca
cerah dan pemandangan sangat indah.
Makan siang kami di St. Peter
restaurant dengan menu utama “ikan petrus”. Kami membuat perayaan sederhana
untuk Pak Eko yang merayakan hari ulang tahun dan Pak Willy-Ibu Linawati yang
merayakan ulan tahun perkawinannya.
Perjalanan berlanjut ke
Kapernaum. Kapernaum menjadi tempat pelayananYesus. Banyak tanda heran diadakan
di kota ini. Yesus memilih Kapernaum bisa jadi karena saat itu merupakan tempat
perlintasan orang dari Mesopotamia dan Mesir, kota perdagangan dan pelabuhan.
80% aktivitas Yesus dalam 3 tahun terakhir hidupnya dilakukan di kota ini
sehingga Kapernaum juga disebut sebagai “Town of Jesus”. Kami melihat sinagoga
di mana Yesus mengajar dan berdebat dengan para ahli Taurat yang berada tidak
jauh dari rumah mertua Petrus. Lokasi itu juga tidak jauh dari tempat di mana
Yesus memanggil Petrus saat menjala ikan.
Selanjutnya kami menuju
Tabhga, tempat di mana Yesus mengajar dan menggandakan roti dan ikan untuk
memberi makan lebih dari 5000 orang. Gereja Tabhga merupakan gereja koptik,
banyak ornament mosaic dan dekorasi berciri Mesir. Tempat di mana Gereja Tabhga
berdiri juga disebut Heptapegon atau “tujuh mata air” yang airnya mengaliri
danau Galilea.
Masih di seputar Tiberias, kami menuju tempat di mana Yesus sesudah bangkit
menampakkan dirinya kepada Petrus yang sedang menjala ikan (Mrk. 1:14-20). Di
situ juga didirikan gereja, Church of the Primacy of Peter. Sekali lagi Pastor
juga memberikan penjelasan/ eksegese jala dan 153 ekor ikan adalah lambang
gereja yang menghimpun segenap umat dari segala bangsa untuk menjadi murid
Kristus.
Tempat terakhir yang kami kunjungi pada hari
kesembilan adalah Bukit Sabda Bahagia. Gereja dan area bukit Sabda Bahagia dikelola
oleh para suster Fransiskan. Selain gereja juga ada biara dan taman yang sangat
asri. Kembali Pastor mengupas perikop Mat 5:3-12 tentang 8 sabda bahagia yang
merupakan dasar ajaran Kristus. Gereja yang dibangun tahun 1938 dengan
arsitektur dari Antonio Barluzzi unik karena berbentuk oktagonal (memiliki 8
sisi).
Hari ke-10: Gunung Nebo
Pukul 7 di pagi hari sesudah
sarapan kami check out dari The Club untuk melanjutkan perjalanan ke Yordania
melalui Jordan Valley Border. Tidak lama kami sudah masuk Amman, ibu kota
Yordania. Yordania adalah Negara Islam yang relative moderat, memiliki 8 juta
penduduk, hanya 7% di antaranya yang beragama Kristen, merupakan kerajaan
dengan pemimpinnya King Abdullah II menggantikan ayahnya, King Hussein dari
dinasti Hashemite. Meski tidak “sehijau” Israel namun pertanian sayur-mayur
yang banyak ditanam di Jordan Valley adalah salah satu pendapatan utama
Yordania.
Kami langsung
mengarah ke Gunung Nebo (Siyagha) untuk mengunjungi tempat di mana Nabi Musa
dan Harun diperlihatkan dari kejauhan Israel. Kami merayakan misa di salah satu
kapel yang ada di area gereja yang saat ini sedang direstorasi. Temperatur di
Gunung Nebo cukup dingin, di siang/ sore mencapai 18derajat dan angin cukup
kencang karena lokasi ada di ketinggian 700m.
Sisa perjalanan siang sampai
sore hari kami adalah untuk melanjutkan perjalanan ke Panorama Hotel untuk
bermalam di Petra.
Hari ke-11: Petra, Jordan-Bangkok via Muscat
Mengakhiri
ziarah iman kami singgah di Petra, salah satu keajaiban dunia. Udara 10 derajat
yang membekukan sepanjang lebih dari 2.5km jalan kaki sepadan dengan
pemandangan landscape bebatuan dan tentunya arsitektur spektakuler dari bangunan yang memiliki facade lebar 30m dan
tinggi 40m yang dipahat dari batu cadas utuh. Gerimis mulai turun ketika kami
kembali.
Perjalanan pulang ke tanah
air dari Jordan melalui Oman/ Muscat dan Bangkok. Bertolak dari Queen Aila
International airport di Amman pk 1750. Diwarnai suasana yang cukup heboh
karena beberapa peserta yang over weight bagasi sehingga perlu packing ulang.
Transfer penerbangan di Muscat pk 00.25 waktu setempat menuju Bangkok.
Hari ke-12: Bangkok-Jakarta
Tiba di Bangkok pk 1030.
Waktu di Bangkok 4 jam lebih cepat. Akhirnya dengan penerbangan Garuda dari
Bangkok pk 1340 kami semua tiba dengan selamat di bandara Soekarno-Hatta pk
1745. Bus Damri kembali menghantar kami ke Harapan Indah - Home Sweet Home.
(Dilaporkan oleh Antonius
Arif)
Kesan-kesan..........................
Bpk. Petrus Urspon & Ibu Dhita:
Dengan berziarah kami akhirnya mengetahui langsung dari situs di mana kisah yang ada dalam Kitab Suci berlangsung. Kami juga makin terbuka dengan adanya keragaman agama di luar agama Katolik yang juga menghayati kisah dan tempat-tempat yang sama. Kebersamaan sebagai satu keluarga dari kelompok peziarah ini sangat berarti bagi kami.
Kesan khusus yang saya alami saat mengunjungi tempat tinggal Maria dan Yoseph di Nazareth, khususnya visualisasi St. Yoseph saat bergelut dengan situasi untuk menerima Maria sebagai istrinya dan bagaimana St. Yoseph menyediakan tempat tinggal untuk keluarga sekaligus tempat kerjanya.
Bpk. Williamto & Ibu Linawati:
Kami sudah pernah mengikuti ziarah seperti ini sebelumnya. Dengan kunjungan yang kedua ini kami lebih mendalami dan menghayati penjelasan atas kisah dan tempat-tempat suci yang disampaikan oleh pastor pembimbing semoga memperdalam iman kami. Ziarah seperti ini sangat bermanfaat untuk memberikan gambaran ketika kita mempelajari kisah yang ada dalam Kitab Suci. Kami juga merasakan kebersamaan sebagai keluarga dalam kelompok peziarah dari stasi ini yang mana sebelumnya ada beberapa tidak kami kenal.
Bpk. Albertus Simamora & Ibu Vera:
Kami semakin dapat menghayati dan memahami kisah yang ada di Kitab Suci melalui napak tilas tempat-tempat dan melihat aspek budaya di mana kisah tersebut berlangsung. Kami juga bangga sebagai umat Katolik karena banyak tempat dikelola dan dipelihara oleh komunitas Fransiskan sehingga banyak umat dapat memiliki kesempatan untuk mengunjungi dan berziarah.
Saat yang sangat berkesan untuk kami adalah saat perayaan ekaristi di Kana. Kami merasakan sungguh merupakan hadiah terindah atas 20 tahun pernikahan kami.
Ibu PCS Rosita:
Secara umum penyelenggaraan ziarah cukup bagus. Perjalanan dalam mengikuti kisah pelayanan Yesus jadi lebih terbayang. Saran agar tempat yang tidak terlalu relevan misalnya Mesir bisa dikurangi sehingga lebih banyak waktu untuk merenungi sabda Tuhan di tempat yang lebih penting. Tempat yang paling berkesan gereja 8 sabda bahagia karena tempatnya sangat indah.
Bpk Sebastianus Partyanto:
Perjalanan ziarah ini sangat berarti bagi saya, karna yg selama ini hanya ada dalam mimpi dan angan2 saya untuk bisa sampai ke tanah terjanji. Setiap tempat yg kita kunjungi, dan sangat religi, mengingatkan kita akan kehidupan, keengsaraan dan wafat Yesus dapat kita rasakan, dan dapat meningkatkan kita untuk lebih ingin tau lebih jauh lagi mengenai kitab Suci. Semoga.
Kesan; sangat berkesan sekali, walaupun baru pertama kali trip ke Yerusalem, kenangan yg tak terlupakan, karna akan membimbing dalam perjalanan hidup kita kedepan