BIJAK MENEMPATKAN DIRI
Senin, 12 Agustus 2013
BIJAK MENEMPATKAN DIRI (Mat 17:22-27)
Mungkin kita seringkali berada dalam posisi terjepit. Hati kita tidak mau melakukan suatu hal, tetapi toh harus melakukannya demi kebaikan. Dalam situasi seperti inilah, dibutuhkan sikap bijak agar tidak menimbulkan kebingungan bagi orang lain. Secara prinsip, Yesus tidak wajib membayar pajak Bait Allah. Sama seperti para raja mengumpulkan pajak dari orang-orang asing, dan bukan dari rakyatnya sendiri, demikian juga Yesus. Allah yang tinggal di Bait Allah di Yerusalem, tidak meminta sesuatu dari Putera-Nya, Yesus, melainkan dari umat pada umumnya. Namun Yesus toh tetap membayar pajak untuk menghindari batu sandungan. IA tidak ingin menciptakan kebingungan dan keributan bagi rakyat sederhana yang taat kepada raja mereka.
Teladan Yesus ini mengajak kita untuk bersikap bijak. Kebijaksanaan itu ada di tengah-tengah. Orang bijak adalah ia yang tahu bertindak di antara dua tegangan: mengikuti idealisme sendiri dan mengikuti arus orang banyak. Setiap orang memiliki prinsip hidup. Kadang-kadang dalam situasi tertentu, kita harus berani mengalahkan prinsip dan idealisme kita demi KEBAIKAN BERSAMA. Mempertahankan prinsip itu benar, tetapi tidak selalu baik. Sebab ketika orang mempertahankan prinsip dan idealisme yang berlebih-lebihan tanpa melihat situasi nyata, ia justru menjerumuskan diri dan orang lain dalam situasi yang tak harmonis.
Salam Kasih Dalam Sang Sabda.
Rm. Yonas, SVD
Mungkin kita seringkali berada dalam posisi terjepit. Hati kita tidak mau melakukan suatu hal, tetapi toh harus melakukannya demi kebaikan. Dalam situasi seperti inilah, dibutuhkan sikap bijak agar tidak menimbulkan kebingungan bagi orang lain. Secara prinsip, Yesus tidak wajib membayar pajak Bait Allah. Sama seperti para raja mengumpulkan pajak dari orang-orang asing, dan bukan dari rakyatnya sendiri, demikian juga Yesus. Allah yang tinggal di Bait Allah di Yerusalem, tidak meminta sesuatu dari Putera-Nya, Yesus, melainkan dari umat pada umumnya. Namun Yesus toh tetap membayar pajak untuk menghindari batu sandungan. IA tidak ingin menciptakan kebingungan dan keributan bagi rakyat sederhana yang taat kepada raja mereka.
Teladan Yesus ini mengajak kita untuk bersikap bijak. Kebijaksanaan itu ada di tengah-tengah. Orang bijak adalah ia yang tahu bertindak di antara dua tegangan: mengikuti idealisme sendiri dan mengikuti arus orang banyak. Setiap orang memiliki prinsip hidup. Kadang-kadang dalam situasi tertentu, kita harus berani mengalahkan prinsip dan idealisme kita demi KEBAIKAN BERSAMA. Mempertahankan prinsip itu benar, tetapi tidak selalu baik. Sebab ketika orang mempertahankan prinsip dan idealisme yang berlebih-lebihan tanpa melihat situasi nyata, ia justru menjerumuskan diri dan orang lain dalam situasi yang tak harmonis.
Salam Kasih Dalam Sang Sabda.
Rm. Yonas, SVD