Pembekalan Lektor dan Komentator
Minggu, 14 Juli 2013
Hujan deras
yang turun sejak sore hari tidak menyurutkan semangat para Lektor dan
Komentator untuk mengikuti pembekalan di Aula Gereja St. Albertus Sabtu malam
13 Juli 2013 lalu.
Lektor
berasal dari bahasa Latin Lector yang
berarti Pewarta Sabda Allah atau Penyambung Lidah Allah. Lektor sudah ada dalam
tradisi agama Yahudi. Jejaknya bisa ditemukan dalam Perjanjian Lama, Perjanjian
Baru dan dalam Injil Lukas 4:16-30. Dalam tradisi Gereja, keberadaan Lektor
ditemukan jejaknya pada periode abad-abad pertama sejarah kekristenan yaitu sekitar
tahun 165 Masehi. Dalam abad-abad awal kekristenan pembacaan Kitab Suci
dibacakan oleh Lektor. Para Lektor sangat penting dan terhormat masuk dalam
tata tahbisan minor subdiakon. Diberikan dalam ritus khusus penumpangan tangan
Uskup dan disertai doa. Setelah pembaharuan Konsili Vatikan 2, hak Lektor
membaca Injil dihapuskan dan dipercayakan kepada Diakon atau Imam Konselebran. Bila
dalam perayaan Ekaristi tidak ada Lektor terlantik, bacaan dapat dibacakan oleh
umat awam, pria atau wanita yang memiliki kelayakan.
Sekitar 35
orang Lektor dan Komentator dari 60 orang yang terdaftar di Stasi St. Albertus hadir
mengikuti pembekalan yang dimoderatori oleh Romo Yonas Manue Hunu, SVD. Acara yang
dimulai sekitar pukul 20.00 WIB itu tidak hanya membahas apa itu Lektor dan bagaimana
sejarahnya, tetapi juga membahas bagaimana sikap tubuh, suara, penggunaan
mikrofon yang benar serta cara berpakaian pada saat kita bertugas sebagai seorang
Lektor.
Hal paling
mendasar yang harus disadari oleh seorang Lektor adalah bahwa ia seorang yang
menjadi Penyambung Lidah Allah. Untuk dapat menjalankan tugas perutusannya,
Lektor dituntut lebih dulu untuk mengakui Tuhan dan kebenaran sabda-Nya dalam
Kitab Suci. Lektor hendaklah percaya bahwa dalam liturgi, sabda Allah sungguh
hadir melalui sabda yang dibacakannya. Dan melalui suaranya, Lektor hendaklah
mampu menampilkan Roh Allah yang tersembunyi di balik kata-kata Kitab Suci yang
penuh daya, dan mampu menghadirkan kembali karya keselamatan Allah dalam
sejarah.
Seorang
Lektor hendaknya memperhatikan gerak tubuh, suara dan bagaimana menggunakan mikrofon
sehingga dapat menyampaikan sabda Allah dengan baik. Juga cara berpakaian,
sepatu dan perlengkapan yang digunakan terutama untuk Lektor wanita diharapkan
tidak berlebihan dan menarik perhatian.
Tak terasa
sudah hampir dua jam pembekalan diberikan oleh Romo Yonas. Karena waktu yang
tidak memungkinkan, yang awalnya akan diadakan praktek membaca yang baik bagi
seorang Lektor, tidak jadi diadakan. Sebelum mengakhiri pertemuan, Romo Yonas
berpesan untuk sering berlatih, baik sendiri maupun dengan sesama Lektor agar
pada saat bertugas nanti, dapat membacakan sabda Allah dengan baik. Dan yang
terutama, kalau mendapat tugas harus datang. Tidak seperti sekarang ini, masih
banyak Lektor yang tidak datang saat bertugas tanpa pemberitahuan dan alasan
yang jelas. Sudah sepatutnyalah kita bangga menjadi seorang Lektor yang
terpilih dan terpanggil dari ribuan umat yang ada di Stasi kita ini karena kita
adalah Penyambung Lidah Allah. Selamat bertugas untuk para Lektor. Tuhan
memberkati.
Fransiska
Sandra